Saturday, 20 August 2016

Universitas Islam International Indonesia, Ketinggalan ?

Universitas Islam International Indonesia, Ketinggalan ?


Foto: Ilustrasi Monas miring: Monas yang sedang dibayangi awan mendung ini seakan-akan berteriak "Aku Kalah Tinggi oleh Menara Kembar" di negara tetangga.

Menurut berita yang patut dipercaya  (media nasional tahun 2015) bersumber dari Kemenag Indonesia akan mendirikan Universitas Internasional. Berbagai pendapat muncul. Pihak pemerintah dengan bangga dan membanggakan UIII itu.
Hidayatullah.com. memberitakan :

 Kamis (29/10/2015) lalu, sejumlah pejabat berkumpul di Rumah Dinas Wakil Presiden, Jusuf Kalla, untuk melakukan pembahasan mengenai rencana pendirian Universitas Islam Internasional (UII).
"Ke depan, menurut Bpk Sekjen. Nur Syam, harus ada lembaga pendidikan yang dapat menjawab tantangan zaman dan itu justru dipertaruhkannya kepada Islam Indonesia. “
”Tidak ada lain, yang harus diperbuat dalam waktu secepatnya adalah mendirikan pendidikan tinggi yang ikonik dan memiliki jangkauan wawasan yang luas dan keislaman yang mendalam,” jelas Bpk. Nur Syam, seperti diberitakan laman tersebut...
(Kemenag."http://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2015/11/02/82513/indonesia-akan-dirikan-universitas-islam-internasional.html.)

Mari kita dukung rencana tersebut, .......untuk mengejar  Malaysia yang sejak 1983 sudah memiliki IIUM dan sekarang IIUM fakultasnya lengkap dari Ilmu Sosial, teknologi sampai kedokteran, program Bachelor sampai Doktor:

Kalau UIII hanya akan membuka  Islamic Study, dan hanya program Graduate (Pascasarjana) saja, itu tidak cukup untuk menjawab tantangan zaman dan kebutuhan ummat ? Ref: Kenapa Di Univ Al-Azhar ada Fakultas Umum. Klik Di SINI)

Justru program S1/Bachelor itu menjadi pondasi keilmuan seseorang,apalagi jika ybs/lulusan itu akan mengajar di tingkat S1, jadi guru SLA/SLP apalagi menjadi praktisi/pioneer mandiri atau menjadi Da'i -mengajar di masyarakat. Ilmu yang diberikan di program S1 itu justru yang menjadi dasar  komprehensif . Program Pascasarjana itu hanya pengkayaan dan untuk mereka yang sudah punya "menara gading", dan seyogianya sangat selektif, Muslim Indonesia jangan salah pilih kebijakan pendidikannya. (Reference: Koreksi Untuk Pendidikan Indonesia  KLIK Di SINI)

Pengalaman sering menunjukkan dosen yang mengajar mhs di program S1, dan dosen itu bukan lulusan (S1-prodi ybs) /prodi yang sama dan dosen tersebut tidak outodidak mempelajari matkul lainnya di prodi tersebut, dosen tsb kurang smart men-konek-kan/merangkaikan  materi matakuliahnya dengan materi kuliah lainnya di prodi tersebut, karena ybs tdk mengalami mendapatkan materi dasar secara komprensif di program studi S1-nya.

Problema di Masyarakat banyak yang komplek sehingga memerlukan pemecah masalah dari lulusan yang memiliki keterampilan komprehensif.  Saya mengusulkan UIII membuka program mulai dari S1, bahkan ada program-program diploma dan Short-course /pelatihan untuk "Menjawab Kebutuhan Ummat/ Masyarakat yang Instant dan Praktis", seperti di Universitas Wageningen-(Universitas Reset Pertanian di Netherlands) ada program Postdoc, Doktor, magister, bachelor, sampai kursus keterampilan.

Kursusnya berlangsung di negara-negara yang berafiliasi. Dengan kursus-kursus itu keterampilan masyarakat/Ummat dapat ditingkatkan dalam waktu yang singkat.

Keterampilan (Vocational) yang dibutuhkan masyarakat bukan konsep-teoritis (Academics). Demikian yang ditempuh Jepang dalam masa restorasi Meizi di tahun 1945 setelah 2 kotanya dibom atom. Hasilnya......sekarang bangsa Jepang berjaya. (Ref. Koreksi Untuk Pendidikan Indonesia)

UIII sasaran nya adalah memajukan UMMAT, yang menjadi masalah / dirasakan oleh ummat Islam adalah ketinggalan Sains-Teknologi=Kesejahteraan fisik. UIII harus mencetak lulusan yang kosmopolitan, lincah-terampil, dan sanggup SURVIVE di tempat yang marginal tanpa bantuan eksternal.

Coba lihat orang lain (Missi dan Zending), mereka terjunkan dai' nya di tengah hutan. Dia buka hutan lalu membuat enclave (pemukiman), dia buka ladang-kebun, sehingga kebutuhan pangan tidak bergantung pada pasokan dari luar ( Dia SURVIVE), dia buka sistem remote communication.

Penduduk setempat merasakan terbantu-senang dengan keberadaan "Enclave"...............Mulailah Dakwah Pantaslah, di Papua-Sulawesi Tengah-Kalimantan Tengah- apalagi Afrika Tengah dan Amerika, Mereka berjaya, karena Dai'-nya mampu survive di kondisi Marginal/Kritis.

Tampaknya Malaysia berorientasi ke-arah itu sehingga IIUM membuka berbagai  fakultas.
Malaysia dengan IIUM-nya menjawab tantangan/kebutuhan ummat dengan mengadakan fakultas berikut:

The faculties (kulliyyah) of IIUM :
 di Gombak
 Ahmad Ibrahim Kulliyyah of Laws
 Kulliyyah of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences
 Kulliyyah of Economics and Management Sciences
 Kulliyyah of Engineering (KOE)
 Kulliyyah of Architecture and Environmental Design
 Kulliyyah of Information and Communication Technology
 Kulliyyah of Languages and Management[11]
 Kulliyyah of Education Kuantan[12]
Kulliyyah of Medicine Kulliyyah of Allied Health Sciences
 Kulliyyah of Pharmacy
 Kulliyyah of Nursing
 Kulliyyah of Science
 Kulliyyah of Dentistry Centre[edit]
 Gombak Centre for Languages and Pre-University Academic Development (CELPAD)
Centre for Postgraduate Studies (CPS) Research Management
 Centre (RMC) Counseling & Career Services
Centre Centre for University Social Responsibility (CENSERVE) Entrepreneurship Development Centre Sports and Recreational Centre
Centre For Islamization (CENTRIS)
Centre For International Islamic Culture (CiTRA-IIUM)

 Di Kuantan
Natural Medicinal Product Centre (NMPC)

 Di Petaling Jaya and Gambak : (silahkan kunjungi situsnya)

Negara Kecil Maldiva sudah sejak 2004 punya IUM (Islamic University of Maldiva) sama dengan fakultas -fakultas seperti di UIN kita sekarang. Bangladesh-Pakistan-Iran-Cyprus-Turki, bahkan negara Afrika seperti Uganda sudah punya Universitas Islam atau Universitas Islam International.

Nada yang miring pun muncul ....".Hati hati UIII hanya akan menghasilkan lulusan yang Islam Liberal paling banter Islam Moderat. "

Jangan mengabaikan nada miring itu, tetapi waspadai dengan membenahi orientasi pendidikannya.

Apakah kita akan kalah oleh Malaysia dalam "Fastabiqul Khairaat"....? tentu jangan Kita harus leading.

         Oleh karena itu, saya menyarankan lengkapi UIII minimal sama dengan fakultas-fakultas yang ada di IIUM. Saya lihat IIUM tidak menyelenggarakan Life Science Essential dalam arti Ilmu  Kelautan (Perikanan), Pertanian-Peternakan-Perikanan Darat dan Ilmu Kehutanan dan Konservasi alam. Padahal ilmu tradisional ini berperan penting dalam pemenuhan KEBUTUHAN PRIMER manusia. Kerawanan dan kestabilan serta keamanan negara/dunia bergantung pada penyediaan bahan primeir ini. Maka UIII harus ada prodi dan fakultas dasar ini.

Potensi alam Indonesia akan menjadi effective dengan SDM yang terampil di bidang ini dengan memperhatikan kelestarian alam sehingga Ilmu Kehutanan mutlak ada (kajiannya meliputi konservasi, reklamasi, afforestasi, reforestasi tanah gurun, dll.)

Tidak ada kata Terlambat.........................Kejar mereka dengan kemampuan dan kekayaan yang melimpah dan penduduk muslim terbanyak di dunia ini.

Beberapa tahun yang lalu Penulis sengaja berkunjung dan berdiskusi dengan pimpinan salah satu fakultas di IIUM di KL dan Kuantan. Alhamdulillah penulis pernah juga mendiskusikan tentang Islamic International University dengan rekan rekan dari negara anggota ICESCO  di kesempatan berworkshop  di Islamabad.

Ketika di Kuantan, Tamu di Kampus Kuantan (Saya +Istri+3Teman) , kedatangan saya cs terditeksi sebagai tamu oleh seorang mahasiswa, seorang mahasiswa semester 2 jurusan Sains menyelonong menyalami saya cs dan memperkenalkan  diri "saya orang Cicadas". Saya tanya kenapa gak masuk UIN, UNPAD atau ITB ? Jawabnya  "saya Bangga dengan sebutan International Islamic University" dan saya ingin menjadi warga dunia yang terampil. Jika kuliah di UNPAD, ITB atau UIN mungkin hanya tahu Bandung atau Indonesia, tapi di IIUM akan terbiasa suasana internasional. Teman dan dosen berkebangsaan International.  Masya Allah, benar juga ......

Kita yakin pemuda pemudi Malaysia yang tinggal di Kampong India di KL itu, atau pemuda Pesawar-Pakistan atau pemuda-pemudi muslim di Sarajevo-Bosnia dan di Semenanjung Balkan dan pemuda Russia serta pemuda muslim keturunan Indonesia yang ada di Afrika Selatan dan di Suriname dan kepulauan di Pasifik akan berbondong bondong datang ke UIII Jakarta jika uiii membuka program S1 juga. Insya Allah.....

Sungguh membanggakan jika kita memiliki UIII yang setarap dengan International University yang ada di dunia Muslim yang melebihi keunggulan UIN yang sudah ada.  Baca tujuan perubahan IAIN menjadi UIN...Klik di  SINI

Semoga sukses dan UIII diberkahi Allah SWT, Aamiin.
We believe that Islam is not a religious faith but it is also a political, social and economic  system for community (Subandi, 2012)
To make community welfare need fertilizers for its agriculture  practises ( Subandi, 2012a)

References :

Subandi, M. 2012. Developing Islamic Economic Production. Sci. Tech. and Dev., 31 (4):348-358, 2012
Subandi, M. 2012a. The Effect of Fertilizer on The Growth and Yield of Ramie (Boehmeria nivea (L) Gaud. Asian Journal of Agriculture and Rural Development. Vol.2. Issue 2. June 2012. AESS. Pakistan.
Sarajevo Conference

................................0000000000......................

Sunday, 14 August 2016

KENAPA DI UNIVERSITAS AL-AZHAR MESIR ADA FAKULTAS UMUM ???

KENAPA DI UNIVERSITAS AL-AZHAR MESIR ADA FAKULTAS UMUM ???

(Gambar 1. Foto Gedung Fakultas MIPA-Univ. Al-Azhar. Cairo.2012)
Di Universitas Al-Azhar Mesir ada fakultas umum seperti: fakultas MIPA (Kulliyatul 'Ulum), fakultas Economi (Kulliyyatul Iqtishodiyyah), Fakultas Pertanian (Kulliyyatul Ziraat) dan lain-lain.
Fakultas kedokteran klik disini.
Siang itu dilangsungkan pertemuan/Seminar Reorientasi Keilmuan dan Kelembagaan PTKI. Dalam wacana Orientasi keilmuan di UIN ada kelompok yang condong ke "Barat", dan merasa bangga dengan berteman dengan mereka, Padahal mereka ada yang jelas-jelas terlihat sebagai "golongan walan tardha" dan ada juga yang lebih tahu diri (bersembunyi) dengan berdiplomasi. Golongan ini kurang mengenal tokoh tokoh muslim yang Sholeh dan Integritas keIslamannya teruji yang ada di negara "Timur", tokoh-tokoh pendidikan muslim yang telah menggagas konferensi-konferensi dan pertemuan untuk me-Reorientasi Pendidikan Islam sehingga terbentuk ISESCO dengan FUMI-nya. Di FUMI dan ISESCO ini banyak tokoh muslim yang terpercaya untuk dijadikan anutan.
Pembaca yang budiman, banyak permasalahan yang menyebabkan ummat Islam terkebelakang dalam kehidupan dunia.  Berikut saya kopas permasalahan penyebab ummat Islam terkebelakang yang dibahas di UIN Malang sebagai berikut "

Tidak dapat dipungkiri umat Islam lebih banyak mencontek bangsa lain (non Muslim) yang lebih maju terutama dalam hal IPTEK dan peradabannya. Mereka yang sering disebut sebagai Negara maju itu menjadi guru yang digugu dan ditiru oleh bangsa-bangsa yang mayoritas Muslim termasuk Indonesia. Bangsa ini yang mayoritas Muslim berguru kepada mereka non Muslim dalam banyak hal. Masyarakat Muslim di dunia harus mengejar ketertinggalan tersebut dengan iman Islam, sementara bangsa yang dianggap maju di dunia ini tidak memiliki iman Islam. Lantas, mengapa umat Islam yang memiliki pedoman hidup di dalam al Quran dan Hadist sampai saat ini belum mampu menandingi kemajuan yang dimiliki negara-negara maju? Apa yang menyebabkan hal itu terjadi?

 (Gambar 2. Foto Gerbang Masuk Ke Fakultas Pertanian Univ. Al-Azhar, 2012)
Menurut pengamatan saya keterbelakangan umat islam dalam banyak aspek kehidupan disebabkan keengganan mereka menelaah kitab sucinya sendiri al Quran dan Hadist Nabi sebagai sandaran dalam menumbuh-kembangkan pemahaman tentang ilmu pengetahuan teknologi (IPTEK), kehidupan sosial dan interaksi manusia dan alam. Ribuan ayat-ayat qawliyah menceritakan aspek-aspek IPTEK dan ipoleksosbud (ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya) sedangkan aspek-aspek ritual keagamaan hanya ratusan ayat banyaknya, namun umat Islam ternyata lebih berkutat pada aspek-aspek yang disebut terakhir ini.

                                                   

Alhasil, ayat-ayat dalam al Quran yang mengkisahkan dan menjelentrehkan  IPTEK dan   Ipoleksosbud belumlah menjadi prioritas umat Islam.
Pakem, prinsip, atau pun rambu-rambu yang mesti dipahami Muslim dalam melaksanakan antara ibadah madhoh dan ibadah muamalah tampaknya belum berjalan merata dan sempurna. Dalam menjalankan ibadah madhoh Muslim patut mengikuti kaidah fiqih yang mengemukakan bahwa setiap ibadah pada dasarnya tidak boleh sebelum ada perintah untuk mengerjakannya. Sedangkan dalam menjalankan ibadah muamalah berkaidah sebaliknya yakni pada dasarnya segala ibadah muamalah itu diperbolehkan sampai ada larangan yang tidak membolehkannya. Dalam bahasa sederhana saya sering mengibaratkan bahwa untuk beribadah madhoh kita tidak boleh kreatif dan mesti mengikuti aturan yang ditetapkan, sementara dalam ibadah muamalh kita sepatutnya melakukan kerja-kerja kreatif agar memeroleh hasil lebih baik dan terus menerus berkembang hingga yaumul akhir. Tampaknya, fenomena yang terlihat terutama di negeri ini justeru sebaliknya dimana secara kreatif kerap dijumpai tata cara ibadah yang tidak mengikuti petunjuk al Quran dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Sementara itu disisi lain kita sangat malas berkreasi dan berinovasi untuk persoalan muamalah termasuk dalam konteks ini terkait dengan pengembangan IPTEK dan pencerahan Ipoleksosbud yang ditanam-suburkan melalui inspirasi dan sandaran ayat-ayat al Quran dan Hadist sebagaimana telah diialami-rasakan pada zaman kejayaan Islam masa lalu.  
Sumber :http://old.uin-malang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=4069:penyebab-umat-islam-tertinggal&catid=35:artikel&Itemid=210

Itulah pendapat rekan kita di UIN Malang. Kita yakin dengan kebenaran langkah Mesir 60 tahun yang lalu Univ Al-Azhar di mesir sudah membuka fakultas Umum termasuk Kedokteran.  Kenapa di Indonesia masih ada yang mempertanyakan keberadaan fakultas umum di UIN, sungguh mengherankan !!!!

==============================00000000000000000000000=====================================



=====================0000000000000000===========

Wednesday, 3 August 2016

Rancangan Replika Pohon Syurga Di Dunia

Rancangan Replika Pohon Syurga 

Sayyidina Ali bin Abu Thalib menuturkan bahwa dirinya mendengar Rasulullah saw. bersabda :

“Ketika penghuni surga menempati surga, seorang malaikat datang menemui mereka dan berkata, ‘Allah memerintahkan kalian untuk berkunjung kepada-Nya’.

Mereka pun berkumpul. Kemudian Allah swt. memerintahkan Nabdi Dawud as. mengeraskan suara dengan membaca tasbih dan tahlil. Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan melainkan Allah, dan tidak ada daya dan upaya kecuali dengan seizin Allah Yang Mahatinggi lagi Mahaagung.

Kemudian mereka disuguhi jamuan keabadian.” Sayyidina Ali melanjutkan bahwa orang-orang yang mendengarkan hadits ini bertanya kepada Rasulullah saw, “Apakah hidangan keabadian itu, wahai Rasulullah?”

Rasulullah menjawab, “Salah satu ujung hidangan itu lebih luas dibandingkan panjang antara Timur dan Barat, lalu mereka makan, minum dan berpakaian. Kemudian mereka berkata, “Semuanya kami nikmati, kecuali melihat Tuhan”.

Maka Allah swt. menempakkan diri-Nya sehingga mereka bersungkur sujud di hadapan-Nya. Allah swt. berfirman, “Kalian (sekarang) bukan di negeri tempat beramal, melainkan di tempat menuai balasan.” Syaikh Muhammad bin Ali bin Husain (cicit Sayyidina Ali) berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya di surga terdapat sebuah pohon.

Penunggang kuda yang paling cepat sekalipun membutuhkan waktu seratus tahun untuk melintas di bawah naungannya. Dedaunannya laksana sutra hijau, bunganya laksana sutra kuning, rantingnya laksana serat sutra, buahnya laksana burdah Yaman, getahnya laksana jahe dan madu, sungainya berisikan permata merah dan zamrud hijau, tanahnya berupa kesturi dan ‘anbar (sejenis wewangian) serta kapur kuning, rerumputannya laksana zakfaran yang sudah matang, dan dari akarnya memancar tiga mata air; salsabil, ma’in dan rahiq.

Akar pohon tersebut menjadi salah satu tempat berkumpulnya penghuni surga. Di sana, mereka saling berkasih sayang dan bercengkerama.” (maksudnya, karena sangat besar dan luasnya akar pohon itu, sehingga seluruh penghuni surga leluasa berkumpul di pohon itu.

 Mereka menjadikan akar pohon itu sebagai tempat berkumpul atau bertemu serta saling bertemu serta saling berbincang-bincang dan bersenda gurau) Rancangan Replika Pohon Syurga Di Dunia





Monday, 1 August 2016

Belajar Meningkatkan Etos Kerja

Belajar Meningkatkan etos Kerja

 Pada Saat ini Indonesia dibanjiri produk industri hi-tech sampai produk tradisional/pertanian. Akademisi Hi-tech kita hanyalah menjadi corong "Marketing Agent/sales" produk negara lain.

 Mereka menggelar seminar-seminar, mempertunjukkan kegunaan dan manfaat Hi-tech. Tidak disadari mereka itu hanyalah sedang  menjadi "Sales" promosi produk Hi-tech orang/Negara lain, karena seminarnya hanya membicarakan pentingnya Hi-Tech dan cara mengoperasikannya. Sangat sering terdengar "pentingnya penguasaan IT dalam bekerja; Tidak boleh gagap IT". 

Akan tetapi, jarang sekali terdengar "Mari belajar membuat/memproduksi alat IT". Teman penulis pun, dosen dan mahasiswanya baru bisa mendemokan dan mempraktekkan/melatih pemuda di beberapa desa untuk "Merakit alat elektronik".  Belum dapat membuat chip-chip, komponen semi conductor.


Pada tahun 1997 Malaysia sudah memiliki Cyberjaya, kawasan industry yang dirancang akan menjadi seperti silicon valley di Amerika.  Lembah-Silicon[1] tempat pusat  trafik teknologi informatika.  Jangankan oleh negara maju di Eropa dan Amerika, oleh adik kita pun (Malaysia) kita agak tertinggal.  

 Tidak heran jika pidato Obama di Universitas Cairo menyebutkan :
“Countries like Japan and South Korea grew their economies enormously while maintaining distinct cultures.  The same is true for the astonishing progress within Muslim-majority countries from Kuala Lumpur to Dubai.  In ancient times and in our times, Muslim communities have been at the forefront of innovation and education….”

Kita iri dan marah kepada Obama yang menentukan batas Timur muslim adalah Malaysia (Kuala Lumpur), padahal kita “muslim” punya kota Meroke di sebelah Timur Indonesia (di pulau Irian) dan Morocco di sebelah Barat (di Afrika Barat). 

Kenapa Indonesia tidak disebut-sebut oleh Obama dalam pidatonya ? Kita harus introspeksi kenapa Barat lebih mengenal Malaysia daripada Indonesia. Demikian juga kenapa IIUM (International Islamic University) berada di Malaysia, dan kenapa OKI (Organisasi Konferensi Islam) mendirikan Komisi sains dan technologi-nya di Islamabad (Pakistan).

Kebikajan pemerintah Jepang dalam restorasi adalah mendahulukan membangun etos kerja bukan “akademik”

Etos kerja yang ditanamkan oleh Jepang dalam kebangkitan Restorasi kepada bangsanya/rakyatnya sulit ditiru oleh kita. Seyogianya etos kerja ini ditanamkan sejak di saat pendidikan. Akan tetapi kebanyakan jajaran pendidik kita yang justru memberikan contoh yang tidak menunjang.


            Pada lembaga pendidikan non Kemendikbud (dahulu) ada yang mewajibkan apel pagi seluruh pegawai harus ikut apel sebelum pk. 7 (pk. 6.45).  Hanya 10-15 menit apel dipimpin oleh unsur pimpinan. Sebelum pulang pk 13.45 apel pulang (6 hari kerja). 

Di lembaga pendidikan tersebut Pegawai yang pagi pagi tertinggal apel tidak bisa masuk barisan. Jangankan tidak masuk kerja, Pegawai yang tertinggal apel saja sudah merasa salah dan  merasa malu oleh rekan dan apalagi oleh atasan.

            Pagi pagi setelah apel dosen yang tidak terjadwal ke kelas melakukan pekerjaan tambahan (sebagai wadek, Kepala laboratorium/perpustakaan/studio/greenhouse/kebun praktek, dll.) Dosen yang tidak mendapat tugas tambahan melakukan apa saja di meja kerjanya (hadir pagi meskipun tidak ada jadwal ke kelas). 

Itu etos kerja dosen di perguruan tinggi non- kemendiknas/non-Kemenang, cara kerja itu dilihat oleh mahasiswa dan mahasiswa pun mudah mendapatkan pelayanan karena dosen ada hadir sejak pagi. Karakter mahasiswa dan lulusan terlatih di kampus dengan melihat karakter civitas akademika di kampus.

              Pada pertengahan tahun 1980an itu sudah mulai ada bantuan tenaga dosen (DPK) dari lingkup Kemendikbud. Mulailah banyak dosen Kemendiknas. Ternyata cara hadir kerjanya berbeda, mereka tidak hadir apel pagi demikian juga apel siang, mereka hanya datang pada saat ada jadwal masuk tugas kuliah. 

Mereka berkilah, tugas kami mengajar., dan untuk mengajar yang baik "katanya" kami harus baca buku, membuat persiapan mengajar dll. yang dapat/harus dikerjakan di luar kampus/Kantor.  Meskipun di Sk nya DPK penuh di PT itu.  

Mereka menambahkan di PT negeri tempat kamu kuliah dulu pun demikian cara kerjanya. Mulailah dosen2 dari PT itu, yang tidak mendapat tugas tambahan , terpengaruh meniru dosen DPK tersebut.

Melihat kondisi ini, siapa yang salah, salah sistem yang sedang di pakai, "Bagaimana akan menghasilkan produk lulusan yang memiliki etos kerja yang bersemangat sejak pagi, jika jajaran pendidiknya begini, yaitu datang hanya pada saat ada jadwal ke kelas. sedang jika tidak ada jadwal berkilah melakukan "persiapan tri dharma" di luar kampus, Apa benar... wallahu 'alam.


Bersemangat/bekerja di waktu pagi itu mendapat pujian dari berbagai kultur. Orang Inggris bilang 'Good beginning is a half done = awal yang baik adalah setengan kesuksesan".  Ulama (nilai Islami) menyebutkan " shobahul naum.....fakru" Tidur pagi hari hari itu mendatangkan kefakiran.


Itu kondisi sebelum di jajaran pendidikan berubah seperti sekarang ini. Sejak dicanangkannya sertifikasi dengan sistem LKD-BKD nya, dan apalagi dengan wajib finger printnya terjawab sudah kritik saya.

Tentu bukan karena saya mengutarakan hal itu di penataran/latihan para guru yang diselenggarakan  suatu Fakultas di PT ini. Akan tetapi mungkin masukan dari Universitas Indonesia atau dari Dr. Keba Moto yang berada di UI yang bicara di Kemdikbud, sehingga cara kerja di Jajaran Pendidikan berubah.

Apel pagi yang diselenggrakan dulu, sekarang di Jajaran
Pendidikan ada "Finger print" , tujuan nya sama yaitu menghadirkan pegawai sejak pagi, bukan semata melegalkan ...Uang Makan".
Membina dan meningkatkan etos kerja.

[1]The planned town, which officially opened in 1997, is now trying to remodel itself as a testbed for smart city innovation (Nicole Kobie, 2016)


===============------------=================