Monday, 4 May 2015

Islamisasi Ilmu Ilmu pengetahuan dan Dimensi Islam dalam Konsep Kebenaran


   

Islamisasi Ilmu

 
Ptc

Rekan Pembaca setelah kita sedikit santai dengan selingan artikel tentang bagaimana mendapatkan dana melalui PTC, sekarang kita serius lagi dengan sajian berikut.

Ilmu pengetahuan dan Dimensi Islam dalam Konsep Kebenaran

Foto di atas memberikan contoh bagaimana aksiologi Islam dalam kehidupan dan gaya hidup. "Ikuti sunnah Rasul bukan mengikuti trendy masyarakat " Konsep ilmu pengetahuan dan dimensi Islam dalam melihat kebenaran ini sangat penting kita bahas terlebih dahulu. Sebab konsep ilmu pengetahuan dan dimensi Islam ini menjadi pondasi dasar bagi kita dalam melihat dan terjadinya Islamisasi ilmu pengetahuan. Terdapat dua konsep dalam menjawab pertanyaan ini yakni dengan menemukan apa konsep dari ilmu pengetahuan dan apa konsep Islam dalam melihat kebenaran.
Secara garis besar ketika melihat perkembangan ilmu pengetahuan ini seakan-akan menjadikan perkembangan ilmu pengetahuan ini semakin sekuler dari nilai-nilai agama khususnya agama Islam. Seakan-akan ada tembok raksasa yang menghalangi atau membatasi antara ilmu pengetahuan yang ada di Barat dengan nilai-nilai Islam. Islam dikonsepsikan sebagai agama yang konservatif atau kolot. Dikarenakan Islam telah mengembalikannya secara normatif yakni pada kebenaran wahyu. Untuk lebih jelasnya akan kita bahas apa konsep atau sifat dari ilmu pengetahuan itu sendiri dan dimensi Islam itu sendiri dalam menilai kebenaran dan sumbangsih terhadap Islamisasi ilmu pengetahuan.

2.         Dimensi Islam Dalam Menilai Kebenaran
Islam disini diartikan sebagai agama yang turun dari Allah SWT melalui malaikat Jibril kepada nabi Muhammad SAW. Datangnya Islam disambut dengan bahagia oleh sebagian ummat manusia. Dengan kedatangan Islam ummat manusia terlepas dari zaman jahiliyah atau yang kita kenal sebagai zaman kebodohan. Berhasilnya Islam mengentaskan umat manusia dari zaman kebodohan ini merupakan prestis bagi agama Islam itu sendiri.
Agama yang telah diturunkan pada nabi Muhammad SAW ini merupakan agama penyelamat. Dimana Islam yang berasal dari kata aslamah yang artinya keselamatan. Islam hadir sebagai penyempurna sekaligus penyelamat bagi umat manusia yang ada didunia ini.
Nilai keselamatan ini semuanya sudah diatur oleh Allah SWT dalam sebuah wahyunya. Wahyu merupakan hal yang mendasar sebagai pondasi dasar bagi kaum muslim untuk bertindak dan berpijak dalam melakukan sesuatu. Mulai fiqih, muamalah hingga sampai tauhid dan ilmu pengetahuan pun dibahas dan diatur oleh Allah SWT melalui wahyunya.
Wahyu dinilai sebagai kekuatan yang dianggap sakral oleh para pengikutnya. Dimana segala tingkah laku manusia haruslah sesuai dengan wahyu yang telah diturunkan. Wahyu mempunyai kekuatan penuh dalam mengatur kehidupan. Baik kehidupan di dunia maupun di akhirat. 
Agama dalam hal ini khususnya Islam menganggap suatu kebenaran tersebut hanyalah milik Allah SWT. Sedangkan wujud atau substansi dari Allah SWT ini terletak pada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Al-Qur’an dan Al-Hadits ini dianggap sebagai suatu yang sakral dalam agama Islam. Sebab segala sesuatu bagi kaum muslim yang menjadi rujukan adalah Al-Qur’an dan Hadits.
Nilai kebenarannya pun selalu terpusat pada nilai-nilai keyakinan yang dilalui melalui doktrin agama yang sehingga pada akhirnya menjadi dogma diantara pengikutnya. Dengan adanya dogma ini mengembalikan semua kebenaran hanya pada Al-Qur’an dan Al-Hadits.
3.         Latar Belakang Adanya Konsep Islamisasi
Salah satu alasan mendasar mengenai gagasan tentang Islamisasi ilmu pengetahuan dikarenakan tidak adanya landasan pengetahuan yang bersifat netral, sehingga ilmu pun tidak dapat berdiri bebas nilai. Ilmu Sosial sudah tidak lagi bebas nilai akan tetapi sifatnya syarat nilai. Pengetahuan dan ilmu yang ada didunia ini, termasuk dalam dunia Islam, telah diwarnai corak budaya dan peradaban Barat. Seakan ilmu pengetahuan bersumber dari otak-otak orang Barat.
Al-Attas, salah seorang cendekiawan muslim, mengatakan bahwa pengetahuan Barat telah membawa pada keadaan yang anomi dan skeptis. Peradaban Barat melihat keadaan anomi dan skeptis ini sebagai suatu sarana epistimologis yang utama dalam menenukan sebuah kebenaran. Pada dasarnya Islam juga mempunyai kontribusi yang sangat penting pada peradaban Barat pada ranah pengetahuan dan menanam cara berfikir positifis, walaupun kita tahu bahwa ilmu pengetahuan banyak di lahirkan oleh pemikir Barat. Tepatnya para filosof mulai zaman Yunani Klasik hingga sampai yang modern. Namun diakui atau tidak, peran cendekiawan muslim sangatlah penting dalam intervensi dan pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan yang digagas oleh para filosof Barat.
Bahkan, pengetahuan-pengetahuan telah diaplikasikan untuk kesejahteraan umat manusia, setelah dilakukan usaha-usaha secara ilmiah melalui penelitian dan percobaan. Barat mengambil alih pengetahuan dan ilmu tersebut dari dunia Islam. Pengetahuan dan semangat rasional serta semangat ilmiah tersebut dibentuk dan dikemas kembali untuk disesuaikan dengan kebudayaan Barat sehingga lebur dan terpadu dalam suatu dualisme menurut pandangan hidup dan nilai-nilai kebudayaan serta peradaban Barat. Menurut al-Attas, dualisme tidak mungkin diselaraskan karena terbentuk dari ide-ide, nilai-nilai, kebudayaan, keyakinan, filsafat, agama, doktrin, dan teologi yang bertentangan.
Nilai kebenaran dan realitas pada dunia Barat tidaklah mengacu pada kebenaran yang melalui proses keyakinan. Dalam hal ini ada dogma agama yang berupa isi kitab suci seperti halnya Al-Quran dan Hadist, melainkan menilai kebenaran tersebut melalui budaya yang berdasarkan atas pemikiran filsafat yang berupa spekulasi-spekulasi belaka.
Perenungan filsafat tidak akan menghasilkan suatu keyakinan sebagaimana Islam menilai suatu kebenaran juga melalui keyakinan-keyakinan atas kebenaran tersebut. Oleh sebab itu pengetahuan dan nilai-nilai yang mendasari akan menjadikan pandangan hidup yang mengarahkan kepada kehidupan Barat.
Realitas dan kebenaran dalam Islam bukanlah semata-mata fikiran tentang dunia kosmos yang sifatnya fisik dan yang mengarahkan pada dunia sekuler. Akan tetapi realitas dan kebenaran dalam Islam dimaknai berdasarkan kajian metafisis terhadap dunia yang nampak dan tidak nampak.
Pandangan hidup Islam tidak berdasarkan kepada metode dikotomis seperti subjektif dan objektif, historis dan normatif. Namun, realitas dan kebenaran dalam Islam dengan metode yang menyatukan atau yang biasa kita kenal konsep tauhid. Pandangan hidup Islam bersumber kepada wahyu yang didukung oleh akal dan intuisi. Substansi agama seperti keimanan dan pengalamannya, ibadahnya, doktrinnya serta sistem teologinya telah ada dalam wahyu dan dijelaskan oleh Nabi.
Adalah seorang tokoh yang juga menjadi penggagas konsep Islamisasi pengetahuan sosial Ismail Raji Al-Faruqi yang mengatakan bahwa umat Islam saat ini berada dalam keadaan yang lemah. Kaum muslim dianggapnya berada dalam kondisi degradasi baik dalam ilmu pengetahuan maupun lainnya. Dengan kondisi yang demikian ini menyebabkan kebodohan dikalangan kaum muslim itu sendiri.

Dalam kondisi seperti ini, masyarakat muslim melihat kemajuan Barat sebagai sesuatu yang mengagumkan. Hal ini menyebabkan sebagian kaum muslimin tergoda oleh kemajuan Barat dan berupaya melakukan reformasi dengan jalan westernisasi. Ternyata jalan yang ditempuh melalui jalan westernisasi telah menghancurkan umat dan dimensi Islam itu sendiri dari ajaran Al-Qur’an dan Hadist. 
Sebab berbagai pandangan dari Barat, diterima umat Islam tanpa dibarengi dengan adanya filter dalam menyaring mana kebudayaaan dan ilmu pengetahuan yang bisa kita ambil sebagai sintesa kebenaran. Itulah salah satu upaya Islamisasi ilmu dan dimensi Islami budaya.

Baca artikel terkait  :

--Beda Muslin Dengan Non-Muslim

0-Sunnatullah Klik Di Sini

1.  Genesis Langit dan Bumi Klik   Klik Di Sini 



.....

9 comments:

  1. Jadi dengan keadaan islam saat ini hal yang paling mutahir kita lakukan hanyalah islamisasi ilmu!!
    Apakah tdk ada solusi lain yg dapat membuat kembali jaya islam khususnya di bidang ilmu pengetahuan..??

    ReplyDelete
  2. Jadi dengan keadaan islam saat ini hal yang paling mutahir kita lakukan hanyalah islamisasi ilmu!!
    Apakah tdk ada solusi lain yg dapat membuat kembali jaya islam khususnya di bidang ilmu pengetahuan..??

    ReplyDelete
    Replies
    1. ahmad akmal hasibuan: kalo menurut aku si mal, islamisasi ilmu itu langkah utama untuk mengembalikan kejayaan islam

      Delete
    2. sebenarnya islamisasi ilmu bukan hanya untuk mengembalikan kejayaan islam tetapi juga berperan untuk memvverifikasi ilmu yang dikembangkan oleh bangsa barat dengan Al-qur'an dan hadits sebagai tolak ukur utamanya :)

      Delete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. berarti inti dari artikel ini, kita harus tetap berpegang teguh kepada al-qur'an dan hadits dalam menuntut ilmu, agar tidak menghancurkan agama kita sendiri

    ReplyDelete
  5. oh seperti itu.. iyaa aku setuju dengan pendapat juni.. kita harus berpegang teguh pada ajaran-ajaran islam, dengan alquran dan hadist sebagai sumbernya.. karena apabila tidak begitu, kita kan mudah dibodohi dengan berbagai teori yang kesahihannya belum pasti..

    ReplyDelete
  6. sebenarnya dimasa sekarang siapa sih yang layak mengislamisasikan ilmu? apakah kita semua sebagai umat islam layak mengislamisasikan ilmu? atau hanya terfokus pada segelintir orang-orang yang memiliki pengetahuan tinggi mengenai isi al-quran dan hadist?

    mohon jawabannya temen-temen @penasaran huhu

    ReplyDelete
  7. bagaimana kita bisa berpedoman pada al-quran dan hadist sedangkan kebanyakan dari kita tidak tau apa isi al-quran dan pengetahuan mengenai hadist pun minim,, jadi sebelum mengislamisaikan ilmu, orang islamnya dulu yang harus diislamisasikan (dalam hal pengetahuan mengenai isi al-quran dan hadist).. bener ga sih?

    ReplyDelete

Berikan Kritik dan Saran Anda