Islamisasi Ilmu
Ptc
Rekan Pembaca setelah kita sedikit santai dengan selingan artikel tentang bagaimana mendapatkan dana melalui PTC, sekarang kita serius lagi dengan sajian berikut.
Ilmu pengetahuan dan Dimensi Islam dalam
Konsep Kebenaran
Foto di atas memberikan contoh bagaimana aksiologi Islam dalam kehidupan dan gaya hidup. "Ikuti sunnah Rasul bukan mengikuti trendy masyarakat " Konsep
ilmu pengetahuan dan dimensi Islam dalam melihat kebenaran ini sangat penting
kita bahas terlebih dahulu. Sebab konsep ilmu pengetahuan dan dimensi Islam ini
menjadi pondasi dasar bagi kita dalam melihat dan terjadinya Islamisasi ilmu
pengetahuan. Terdapat dua konsep dalam menjawab pertanyaan ini yakni dengan
menemukan apa konsep dari ilmu pengetahuan dan apa konsep Islam dalam melihat
kebenaran.
Secara
garis besar ketika melihat perkembangan ilmu pengetahuan ini seakan-akan
menjadikan perkembangan ilmu pengetahuan ini semakin sekuler dari nilai-nilai
agama khususnya agama Islam. Seakan-akan ada tembok raksasa yang menghalangi
atau membatasi antara ilmu pengetahuan yang ada di Barat dengan nilai-nilai Islam.
Islam dikonsepsikan sebagai agama yang konservatif atau kolot. Dikarenakan
Islam telah mengembalikannya secara normatif yakni pada kebenaran wahyu. Untuk
lebih jelasnya akan kita bahas apa konsep atau sifat dari ilmu pengetahuan itu
sendiri dan dimensi Islam itu sendiri dalam menilai kebenaran dan sumbangsih
terhadap Islamisasi ilmu pengetahuan.
2.
Dimensi Islam Dalam Menilai Kebenaran
Islam
disini diartikan sebagai agama yang turun dari Allah SWT melalui malaikat
Jibril kepada nabi Muhammad SAW. Datangnya Islam disambut dengan bahagia oleh
sebagian ummat manusia. Dengan kedatangan Islam ummat manusia terlepas dari
zaman jahiliyah atau yang kita kenal sebagai zaman kebodohan. Berhasilnya Islam
mengentaskan umat manusia dari zaman kebodohan ini merupakan prestis bagi agama
Islam itu sendiri.
Agama
yang telah diturunkan pada nabi Muhammad SAW ini merupakan agama penyelamat.
Dimana Islam yang berasal dari kata aslamah yang artinya keselamatan. Islam
hadir sebagai penyempurna sekaligus penyelamat bagi umat manusia yang ada
didunia ini.
Nilai
keselamatan ini semuanya sudah diatur oleh Allah SWT dalam sebuah wahyunya.
Wahyu merupakan hal yang mendasar sebagai pondasi dasar bagi kaum muslim untuk
bertindak dan berpijak dalam melakukan sesuatu. Mulai fiqih, muamalah hingga
sampai tauhid dan ilmu pengetahuan pun dibahas dan diatur oleh Allah SWT
melalui wahyunya.
Wahyu
dinilai sebagai kekuatan yang dianggap sakral oleh para pengikutnya. Dimana
segala tingkah laku manusia haruslah sesuai dengan wahyu yang telah diturunkan.
Wahyu mempunyai kekuatan penuh dalam mengatur kehidupan. Baik kehidupan di
dunia maupun di akhirat.
Agama
dalam hal ini khususnya Islam menganggap suatu kebenaran tersebut hanyalah
milik Allah SWT. Sedangkan wujud atau substansi dari Allah SWT ini terletak
pada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Al-Qur’an dan Al-Hadits ini dianggap sebagai
suatu yang sakral dalam agama Islam. Sebab segala sesuatu bagi kaum muslim yang
menjadi rujukan adalah Al-Qur’an dan Hadits.
Nilai
kebenarannya pun selalu terpusat pada nilai-nilai keyakinan yang dilalui
melalui doktrin agama yang sehingga pada akhirnya menjadi dogma diantara
pengikutnya. Dengan adanya dogma ini mengembalikan semua kebenaran hanya pada
Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Salah
satu alasan mendasar mengenai gagasan tentang Islamisasi ilmu pengetahuan dikarenakan
tidak adanya landasan pengetahuan yang bersifat netral, sehingga ilmu pun tidak
dapat berdiri bebas nilai. Ilmu Sosial sudah tidak lagi bebas nilai akan tetapi
sifatnya syarat nilai. Pengetahuan dan ilmu yang ada didunia ini, termasuk
dalam dunia Islam, telah diwarnai corak budaya dan peradaban Barat. Seakan ilmu
pengetahuan bersumber dari otak-otak orang Barat.
Al-Attas,
salah seorang cendekiawan muslim, mengatakan bahwa pengetahuan Barat telah
membawa pada keadaan yang anomi dan skeptis. Peradaban Barat melihat keadaan
anomi dan skeptis ini sebagai suatu sarana epistimologis yang utama dalam
menenukan sebuah kebenaran. Pada dasarnya Islam juga mempunyai kontribusi yang
sangat penting pada peradaban Barat pada ranah pengetahuan dan menanam cara berfikir
positifis, walaupun kita tahu bahwa ilmu pengetahuan banyak di lahirkan oleh
pemikir Barat. Tepatnya para filosof mulai zaman Yunani Klasik hingga sampai
yang modern. Namun diakui atau tidak, peran cendekiawan muslim sangatlah
penting dalam intervensi dan pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan yang
digagas oleh para filosof Barat.
Bahkan,
pengetahuan-pengetahuan telah diaplikasikan untuk kesejahteraan umat manusia,
setelah dilakukan usaha-usaha secara ilmiah melalui penelitian dan percobaan.
Barat mengambil alih pengetahuan dan ilmu tersebut dari dunia Islam.
Pengetahuan dan semangat rasional serta semangat ilmiah tersebut dibentuk dan
dikemas kembali untuk disesuaikan dengan kebudayaan Barat sehingga lebur dan
terpadu dalam suatu dualisme menurut pandangan hidup dan nilai-nilai kebudayaan
serta peradaban Barat. Menurut al-Attas, dualisme tidak mungkin diselaraskan
karena terbentuk dari ide-ide, nilai-nilai, kebudayaan, keyakinan, filsafat,
agama, doktrin, dan teologi yang bertentangan.
Nilai
kebenaran dan realitas pada dunia Barat tidaklah mengacu pada kebenaran yang
melalui proses keyakinan. Dalam hal ini ada dogma agama yang berupa isi kitab
suci seperti halnya Al-Quran dan Hadist, melainkan menilai kebenaran tersebut
melalui budaya yang berdasarkan atas pemikiran filsafat yang berupa
spekulasi-spekulasi belaka.
Perenungan
filsafat tidak akan menghasilkan suatu keyakinan sebagaimana Islam menilai
suatu kebenaran juga melalui keyakinan-keyakinan atas kebenaran tersebut. Oleh
sebab itu pengetahuan dan nilai-nilai yang mendasari akan menjadikan pandangan
hidup yang mengarahkan kepada kehidupan Barat.
Realitas
dan kebenaran dalam Islam bukanlah semata-mata fikiran tentang dunia kosmos
yang sifatnya fisik dan yang mengarahkan pada dunia sekuler. Akan tetapi
realitas dan kebenaran dalam Islam dimaknai berdasarkan kajian metafisis
terhadap dunia yang nampak dan tidak nampak.
Pandangan
hidup Islam tidak berdasarkan kepada metode dikotomis seperti subjektif dan
objektif, historis dan normatif. Namun, realitas dan kebenaran dalam Islam
dengan metode yang menyatukan atau yang biasa kita kenal konsep tauhid.
Pandangan hidup Islam bersumber kepada wahyu yang didukung oleh akal dan
intuisi. Substansi agama seperti keimanan dan pengalamannya, ibadahnya,
doktrinnya serta sistem teologinya telah ada dalam wahyu dan dijelaskan oleh
Nabi.
Adalah
seorang tokoh yang juga menjadi penggagas konsep Islamisasi pengetahuan sosial
Ismail Raji Al-Faruqi yang mengatakan bahwa umat Islam saat ini berada dalam
keadaan yang lemah. Kaum muslim dianggapnya berada dalam kondisi degradasi baik
dalam ilmu pengetahuan maupun lainnya. Dengan kondisi yang demikian ini
menyebabkan kebodohan dikalangan kaum muslim itu sendiri.
Dalam
kondisi seperti ini, masyarakat muslim melihat kemajuan Barat sebagai sesuatu
yang mengagumkan. Hal ini menyebabkan sebagian kaum muslimin tergoda oleh
kemajuan Barat dan berupaya melakukan reformasi dengan jalan westernisasi.
Ternyata jalan yang ditempuh melalui jalan westernisasi telah menghancurkan
umat dan dimensi Islam itu sendiri dari ajaran Al-Qur’an dan Hadist.
Sebab berbagai pandangan
dari Barat, diterima umat Islam tanpa dibarengi dengan adanya filter dalam
menyaring mana kebudayaaan dan ilmu pengetahuan yang bisa kita ambil sebagai
sintesa kebenaran. Itulah salah satu upaya Islamisasi ilmu dan dimensi Islami budaya.
Baca artikel terkait :
--Beda Muslin Dengan Non-Muslim
0-Sunnatullah Klik Di Sini
1. Genesis Langit dan Bumi Klik Klik Di Sini
.....