GENESIS LANGIT DAN BUMI SERTA KARAKTER MANUSIA
Bumi yang kita tempati adalah sebuah planet yang istimewa dari sekian planet yang ada diruang angkasa. Jika dilihat dari luar angkasa, bumi tampak sangat berbeda dibanding benda – benda langit lainya, karena pantulan warna biru yang dominan. Warna biru tersebut terpantul dari bumi karena sebagian besar permukaanya tertutup air, dalam bentuk laut dan samudra. Adanya air dibumi adalah salah satu keajaiban dialam ini. Sebab, di planet planet lain tidak terdapat air kalaupun ada, sangat sedikit dibanding melimpahnya air di bumi.
Dengan air melimpah, berbagai proses dibumi dapat berlangsung, termasuk proses kehidupan berbagai jenis mahluk hayati interaksi air dengan mineral mineral serta zat zat lainya seperti tanah, batu, udara dan yang lainya menghasilkan mahluk hidup untuk kemudian tumbuh dan berkembang.
Bumi dengan segala isinya yang senantiasa kita nikmati, tentunya tidak terjadi begitu saja, tidak ada dengan sendirinya tanpa ada hal besar yang melatarbelakangi keberadaannya. Pasalnya, jika kita menilik pada ayat Al-Qur’an di atas, jelas Allah mengatakan bahwa pada mulanya bumi dan langit adalah satu kesatuan yang tidak terpisah seperti saat ini.
Tetapi kemudian Allah menjadikannya dua bagian yang terpisah seperti halnya yang kita lihat saat ini. Inilah yang kemudian menjadi dasar ketertarikan para ilmuwan dan peneliti untuk menelusuri lebih mendalam tentang proses peralihan bumi yang mulanya, menyatu dengan langit, kemudian terpisah. Berbagai teori kemudian muncul sebagai akibat dari adanya penelitian ilmiah terkait hal itu.
Ada George Lemaitre sebagai motor dari teori letusan hebat (Big Bang), juga ada Astronomi Inggris Fred Hoyle yang memotori teori keadaan tetap. Yang kesemuanya memiliki perbedaan yang sangat prinsip sehingga berimplikasi pada saling menjatuhkan antar satu dengan lainnya.
Pengetahuan yang lebih mendalam tentang alam semesta akan berimpikasi pada meningkatnya intensitas keimanan sebagai akibat dari munculnya rasa syukur yang mendalam dan rasa takjub akan kebesaran Allah yang telah menciptakan alam semesta yang begitu komplek proses terjadinya. Sangat mustahil, jika alam semesta yang demikian luas dan megahnya ini tidak ada yang mengaturnya.
Ada kekuatan dahsyat yang mengatur semua itu, dan itu tidak lain adalah Allah Maha Esa dan Maha Pencipta.
Penciptaan manusia dimuka bumi ini mempunyai misi yang jelas dan pasti. Manusia juga memiliki karakter tersendiri untuk berinteraksi dengan alamnya yang nantinya akan menunjang misi tersebut. Ada tiga misi yang diemban manusia, yaitu misi utama untuk beribadah (QS. Az-Zarirat/ 51:56) misi fungsional sebagai kholifah ( Al- Baqarah/ 2:30) dan misi operasional untuk memakmurkan bumi. Secara harfiah kata khalifah berarti wakil/pengganti dengan demikian misi utama. Adalah sebagai wakil Allah. jika Allah adalah Sang Pencipta seluruh jagat raya ini maka manusia sebagai khalifah-Nya berkewajiban untuk memakmurkan jagat raya itu, utamanya humi dan seluruh isinya, serta menjaganya dari kerusakan.
Bagaimana terjadinya
genesis langit dan bumi beserta seluruh alam dan isinya?
2. Bagaimana karakteristik manusia dalam berinteraksi dengan alam sekitarnya?
Memahami genesis langit dan bumi beserta seluruh alam dan isinya.
2. Mengetahui karakteristik manusia dalam berinteraksi dengan alam sekitarnnya.
Genesis Penciptaan Langit dan Bumi beserta Alam dan Isinya dalam Persfektip Al-Quran dan Sains
Penulis hanya akan membahas tentang teori penciptaan alam semesta yaitu Big Bang atau Dentuman Besar dimana teori ini adalah titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan tentang asal muasal alam semesta dan sesuai dengan apa yang disebutkan dalam Al-Quran.
Adapun ayat-ayat yang menjelaskan bahwa Allah SWT-lah yang telah menciptakan alam semesta :
Artinya: “Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada diantara keduanya dalam waktu enam hari, kemudian dia bersemayam di atas Arsy. Kamu semua tidak memiliki seorang penolong dan pemberi syafaat pun selain diri-Nya. Lalu, apakah kamu tidak memperhatikannya ?”(Q.S. Al-Sajdah [32] :4 )
Ayat ini menerangkan bahwa Tuhan yang telah menurunkan Alquran kepada Muhammad saw serta Tuhan Pencipta langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di antara keduanya dalam enam masa.
Sesuai dengan kekuasaan dan kebesaran-Nya. Allah SWT menegaskan bahwa tidak seorangpun yang dapat mengurus segala urusannya, menolak bahaya, malapetaka dan siksa. Dan tidak seorangpun yang dapat memberi syafaat ketika azab menimpanya, kecuali Allah semata, karena Dialah Yang Maha Kuasa menentukan segala sesuatu.
Q.S. Al-Kahfi :51 " Artinya: “aku tidak menghadirkan mereka (iblis dan anak cucunya) untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri; dan tidaklah aku mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong.”(Q.S. Al-Kahfi [18] :51 )
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan kekuasaan-Nya, bahwa setan itu tidak berhak untuk menjadi pembimbing atau pelindung bagi manusia. Setan itu tidak mempunyai hak sebagai pelindung, tidak hanya disebabkan kejadiannya dari lidah api saja tetapi juga karena mereka tidak mempunyai saham dalam menciptakan langit dan bumi ini. Allah SWT menegaskan bahwa iblis dan setan-setan itu tidak dihadirkan untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi ini, di kala Allah menciptakannya, Allah SWT dalam menciptakan langit dan bumi ini tidak pernah sama sekali menjadikan setan-setan, berhala-berhala, sembahan-sembahan lainnya sebagai penolong, hanya Dia sendirilah yang menciptakan alam semesta ini, tanpa pertolongan siapapun. (Sumber: Tafsir Depag)
Q.S. Al-Baqarah: 29 "Artinya :“ Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.”(Q.S. Al-Baqarah [2] :29 )
Dari ketiga ayat di atas ini menunjukan bahwa Allah SWT lah dengan segala ke maha kuasaan-Nya yang telah menciptakan alam semesta, tanpa ada campur tangan dari siapapun. Ketiga ayat di atas pun sekaligus menentang pada pernyataan para philosof materalis yang mengatakan bahwa “alam semesta ini telah ada sejak dulu tanpa ada perubahan apapun dan akan tetap menjadi seperti ini sampai akhir nanti.” (Harun Yahya).
Teori Big Bang
Big Bang merupakan model penciptaan alam semesta yang menerangkan bahwa alam semesta telah “diciptakan dari ketiadaan.” Edwin Hubble (1929) memulai penelitian di observatorium Mount Wilson California, Amerika. Dia membuat salah satu penemuan terbesar di sepanjang sejarah astronomi. Ketika mengamati bintang-bintang dengan teleskop raksasa, menemukan bahwa mereka memancarkan cahaya merah sesuai dengan jaraknya. Hal ini berarti bahwa bintang-bintang ini “bergerak menjauhi” kita. Sebab, menurut hukum fisika yang diketahui, spektrum dari sumber cahaya yang sedang bergerak mendekati pengamat cenderung ke warna ungu, sedangkan yang menjauhi pengamat cenderung ke warna merah.
Sebelumnya, Hubble telah membuat penemuan penting lain.
Bintang dan galaksi bergerak tak hanya menjauhi kita, tapi juga menjauhi satu sama lain. Dari sini dapat disimpulkan dari suatu alam semesta di mana segala sesuatunya bergerak menjauhi satu sama lain adalah bahwa ia terus-menerus “mengembang”..
Teori Big Bang menunjukkan, semua benda di alam semesta pada awalnya adalah satu wujud, dan kemudian terpisah-pisah. Ini diartikan bahwa keseluruhan materi diciptakan melalui Big Bang atau ledakan raksasa dari satu titik tunggal, dan membentuk alam semesta kini dengan cara pemisahan satu dari yang lain.
Enam Masa Penciptaan Alam Semesta
Al-Qur’an menyebutkan dalam sittati ayyaamin yang berarti enam masa yang panjang.
Sebagaimana dalam al-qur’an (Q.S. Al-Sajdah [32] :4 " Artinya : “Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada diantara keduanya dalam waktu enam hari, kemudian dia bersemayam di atas Arsy. Kamu semua tidak memiliki seorang penolong dan pemberi syafaat pun selain diri-Nya. Lalu, apakah kamu tidak memperhatikannya ?”
Dari ayat di atas Allah SWT menyebutkan penciptaan
langit dan bumi dan karakter manusia dalam enam masa (sittati ayyaamin) selanjutnya para mufasir bersepakat dalam menafsirkan ayat ini, bahwa yang disebut dengan (sittati ayyaamin) adalah enam tahapan atau proses bukan enam hari sebagaimana mengartikan kata ayyaamin.
Adapun kronologis penciptaan dalam Al-Qur’an adalah .. kita bahas di lain kesempatan...