Pelajaran Mencari Alternatif Penghematan BBM Cara Pakistan
Rekan guru dan teman pembaca lainnya, saya dapat impo dari teman terdekat sehari hari tentang cara penghematan BBM di Pakistan, ini ceritanya :
MENOLAK MOBIL DINAS BARU (KIJANG INNOVA).
Baik lah kita mulai ini tulisan teman dekat ku:
"Carita ini adalah pengalaman di Pakistan
(Pada tahun itu juga penulis mendapat kesempatan memperoleh dana upgrade dosen dari dana Islamic development Bank (IDB) yang merupakan paket pembangunan kampus, setelah penulis dapat menyakinkan Direktur PMU (Project Management Unit) IDB, bahwa Penulis lolos seleksi administrative dari Komisi Sains Teknologi (COMSTECH) OIC (Organization of Islamic Cooperation) untuk mengikuti workshop Forsight for Innovation di Islamabad Pakistan. Penulis berangkat ke Pakistan sendirian dengan membawa visa dari kedutaan Besar Pakistan. Lebih dari seminggu penulis berada di Pakistan)
Penulis jalan-jalan berkeliling sendirian mulai dari pasar sampai ke kampung di pinggiran Kota Islamabad. Di pasar diperoleh bukti pemuda Pakistan yang menjadi pedagang di kiosk pasar tradisional atau toko dan mengenyam pendidikan di sekolah menengah “lancar berbahasa Inggris”, supir angkot yang saya naiki senang diajak ngobrol dng B Inggris.
Adapun orang tua di kampung kampung yang tidak sampai sekolah menengah sulit dibawa komunikasi.
Ya mungkin sama keadaannya ketika penulis berkeliling di kampung pinggiran kota Solo (Jawa Tengah). Sulit berkomunikasi dengan orang tua dengan bahasa Indonesia, mereka menjawab dengan bahasa Jawa ketika ditanya dengan bahasa Indonesia. Beliau mengerti bahasa Indonesia tapi tidak mampu berbicara.
Pada tahun 2012 transportasi di kota Islamabad (Ibu kota Republik Islam Pakistan ) itu masih sederhana. Kendaran angkutan kotanya dari jenis mobil kecil, seperti di Indonesia mobil angkot merk Honda di tahun 1970an, kondisinya jika penumpang penuh, duduk berhadapan, penumpang duduk dengan dengkul kaki bertemu rapat dengan penumpang dihadapannya. Karena mobil angkot kecil CC-nya, supir angkot yang saya tumpangi sendirian itu tidak keberatan mengantar saya
sekehendak saya meski dengan tarif route/jalur itu (bukan taxi), dia
tidak ngetem cari muatan-untuk nambah beli bensin. Ini keuntungan jika
mobil angkot CC-nya kecil, meskipun muatan sedikit jalan terus karena
perhitungan (rasio muatan/konsumsi bensin) masih menguntungkan. Tidak
seperti di Negara kita, mobil angkot CC-nya besar kapasitas muatan banyak, jika muatan kurang
supir ngetem (nunggu muatan tambahan), sehingga memperlambat perjalanan
penumpang dan menambah waktu tempuh, akibatnya penumpang terlambat tiba
di tujuan (kantor,tempat kerja dll.) dan ...dapaknya jam keja di kantor
terkurangi (Produktivitas berkurang).
Mereka/negara Pakistan menghemat
BBM dengan memakai mobil berkapasitas mesin kecil untuk angkot. Untuk pejabatnya, di kantor dengan gedung yang dibangun OIC/OKI yang megah itu, tidak ada mobil baru keluaran/buatan tahun 2000an yang dipakai pejabat-pejabatnya.
Mobil yang dipakai menjemput tamu peserta workshop dari bandara Islamabad adalah mobil produksi tahun 1980an. Mereka miskin ?!, tidak mereka hemat-bersahaja !. Sekitar 200 m di samping komplek bangunan COMSTECH tempat workshop, ada komplek Comsats (Komisi Sains & Teknologi Kerjasama Negara Selatan-Selatan)yang didirikan oleh Yayasan Dr Abdussalam (Peraih hadiah Nobel bidang fisika).
Penulis menyempatkan berkunjung ke kantor Comsats,dan diterima oleh Executive Managernya H.E. Dr. Imtenan Quraish. Banyak tamu berkunjung ke Institusi yang didirikan oleh Peraih Nobel itu, Penulis antri diatur oleh Sekretaris kantor tersebut. Lebih dari satu jam kami berdua berbincang-bincang tentang pengembangan saintek.
Pada akhir pembicaraan Direktur Executive Comsats menitip surat untuk Menristek RI berisi ajakan agar Indonesia bergabung manjadi anggota Comsats. Surat tersebut sudah penulis sampaikan ke Kementerian Ristek 2 hari setelah kembali dari Pakistan, tampaknya ada komunikasi tertulis lanjutan antara Comsats dengan Kemenristek.
Di kantor peraih nobel ini tamu tamu termasuk penulis disuguhi kue sederhana, biskuit dalam kaleng kecil yang sudah hampir habis, beliau (executive direntur) sediri yang menyiapkan suguhan tamunya tidak ada sekpri khusus.
Yang menjadi kesan utama observasi kehidupan di Pakistan adalah “kesederhanaan” tetapi Pakistan berprestasi dalam Sainstek :
1. Adalah peraih nobel bidang fisika, Dr. Abdussalam;
2. Pakistan dipercaya oleh OKI (OIC) menjadi lokasi Komisi Saintek OKI;
3. adalah Negara non Barat (Islam) yang mampu membuat persenjatan “nuklir” dengan senjata balistiknya (rudal), kekayaan teknologi ini yang disegani oleh India (“saudaranya dan rival perang”).
Dengan pengalaman melihat kesederhanaan dan kemajuan sainstek Pakistan ini, pada tahun awal 2013 penulis sempat menolak dan menyarankan agar kendaraan dinas pimpinan PT (tempat penulis berkhidmat) tidak perlu diganti dengan Kijang Innova, cukup Avanza yang dipakai masih laik pakai, lebih baik dana dipakai membeli alat laboratorium yang masih kurang di fakultas Penulis.
Akan tetapi, pendapat penulis diprotes oleh rekan rekan dan didesak untuk menerima mobil yang baru dan yang lebih besar CC-nya dan lebih mahal dari Avanza itu“ dengan hujjah : Anggarannya sudah ada,jika tidak dipakai akan hangus dan tidak bisa dialihkan ke alat laboratorium, dan diminta agar penulis memelihara “Kebersamaan”. dan ada terdengar sayup sayup dengan mobil yang lebih keren ini penghormatan orang kpd pejabat yang memakainya akan lebih tinggi (alasan yang kurang Islami)
Dengan demikian Penulis tidak mendapat dukungan dan Rektor sendiri pun ingin “menambah kewibawaan para dekan dan pembantunya dengan kelas kendaraan yang lebih bergengsi”. Penulis hanya bisa berdikir “subhanallah ....” pola pikir pejabat di republic ini beda dengan pejabat di Pakistan.
Oleh karena itu Pada saat mobil Kijang Innova baru diserahkan ke dekan/warek/karo, Penulis meminta kepada Kabag TU Fakultas agar mobil baru itu disimpan di kampus, dan dipersilahkan staf/ pejabat fakultas lainnya untuk memakainya.
Penulis tidak mau memakai kendaraan dinas baru itu. Akan tetapi karena di kampus tidak ada garasi dan tidak ada jaminan keamanannya, maka mobil tersebut digarasikan di rumah penulis, tidak dipakai, sedangkan Penulis segera mencari fasilitas dealer mobil untuk memiliki kendaraan sendiri. Penulis memakai kendaraan pribadi ke kampus.
Mobil dinas Kijang Innova bertengger digarasi/diistirahatkan hanya 2 hari sekali dihidupkan mesinnya dan di mundur-masukan 8-5 m dari garasi untuk menjaga kestabilan konstruksinya.
Selama 16 bulan mobil istirahat, hanya sesekali dipakai jika ada ketua jurusan atau pejabat fakultas lain meminta untuk menggunakan kendaraan itu.
Sungguh, mubazir isi Kijang Innova yang besar kapasitasnya itu hanya sorang pejabat atau jika ada supir, jadi berdua….memakai Kijang Innova yang CC/konsumsi BBM lebih besar, jok samping kiri, tengah dan belakang kosong. Bukankah itu suatu kemubaziran…”wala tubadzdzir, inna mubadzdzirina kanu ikhwanasysyayathin” .
Mungkin pejabat-pejabat di pemerintah di Pakistan melihat /melaksanakan ayat ini, Islami. sesuai dengan sebutan Republik Islam Pakistan, padahal PT ini pun ada nama sebutan Islamnya. Sayang sekali tidak seperti di Pakistan. Fungsionaris di PT ini terbawa arus glamor pejabat pejabat di kantor umumnya Kementerian/Instansi Pemerintahan lainnya. Semoga ini menjadi tadzkirah dan di masa mendatang PT ini menjadi pioner penegakan Syariat dan nilai-nilai luhur yang ada dalam Islam. Amin."
Demikian tulisan teman saya dalam alternatif
hemat BBM.
Rekan guru dan pembaca yang budiman, kita memberi penghargaan kepada teman kita yang berjihad mencari nafkah di luar negari menjadi TKI/TKW dan mereka sangat berjasa kepada negara karena gaji/penghasilan yang mereka terima sebagian besar dikirim ke keluarganya di Indonesia.
Mereka menghasilkan Devisa, mensejahterakan keluarganya sekaligus memperkuat cadangan devisa negara. Mereka digelari "PAHLAWAN DEVISA" .
...
Semoga berhasil...
=================================================
+++++