Tuesday, 21 April 2015

Karantina Dan Kultur Jaringan

Karantina Dan Kultur Jaringan

Dalam pelatihan nasional yang dilakukan oleh Sandra Edhi dan Hapsiati. (2014), pengkarantinaan tanaman dilakukan untuk mengurangi kemungkinan adanya kontaminasi sistemik dalam tanaman pada saat penanaman atau inisiasi.

Karantina dilakukan satu hingga tiga bulan sebelum pengambilan eksplan. Selama pengkarantinaan tunas lama di pangkas, kemudian tanaman diberikan perlakuan penyemprotan hormon tunas dan bakterisida serta fungisida. Tunas yang tumbuh dapat dipotong secara aseptik dan dikulturkan. Langkah selanjutnya adalah pemilihan media dasar yang digunakan, harus sesuai dan memenuhi kebutuhan hara untuk pertumbuhan tanaman.

Media merupakan salah satu faktor yang penting dalam kultur jaringan (Reynold, 2010). Selain itu, penambahan zat pengatur tumbuh, vitamin, asam amino, dan bahan-bahan lainnya perlu diperhatikan dengan mempertimbangkan komposisi yang sesuai.

Setiap tanaman memiliki karakteristik tersendiri dan memberikan respon yang variatif terhadap metode perbanyakan yang dilakukan dan kombinasi media yang digunakan. Umumnya, media dalam kultur jaringan harus memiliki unsur hara mikro (Fe, Mn, Zn, B, Cu, dan Mo) dan makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) yang diberikan dalam bentuk garam organik, vitamin, asam amino, suplemen nitrogen, karbon, dan zat pengatur tumbuh (Saad et al., 2012).

Beberpa media kultur jaringan yang memiliki hara makro dan mikro yang cukup adalah Murashige and Skooge (MS) dan Woody Plant Medium (WPM). Bila dilihat dari rata-rata ulangan tiap perlakuan, dari ketiga macam media yang dipergunakan ternyata kecenderungan panjang tunas tertinggi yaitu pada media WPM tanpa pemberian BAP (0 ppm) meskipun pada media MS dengan pemberian BAP 2 ppm memberikan hasil yang sama, namun pada media WPM tanpa pemberian BAP rata-rata ulangan tiap perlakuannya memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan media MS. Berdasarkan pendapat Nursetiadi (2008), diduga unsur Ca yang terkandung dalam media WPM cukup tinggi dibandingkan dengan media MS dan B5, dimana unsur Ca berperan dalam pertumbuhan sel tanaman.

Meskipun tanpa pemberian BAP namun diduga selain kandungan Ca yang terkandung dalam media WPM, sitokinin endogen yang berada dalam eksplan pun telah mampu mendorong pertumbuhan tunas. Disamping itu, media WPM merupakan media yang biasa digunakan dalam kultur jaringan pada berbagai jenis tanaman berkayu. Berdasarkan tabel 3, dari ketiga macam media yang dipergunakan ternyata kecenderungan jumlah daun terbanyak yaitu pada media WPM (Woody Plant Medium) tanpa pemberian BAP (0 ppm).

Hal ini diduga kandungan nutrisi yang terdapat pada media WPM mampu dioptimalkan oleh eksplan untuk pembentukan daun. Unsur magnesium yang terkandung dalam media WPM diduga jumlahnya cukup untuk pembentukan daun. Peran magnesium sendiri dalam tanaman cukup penting karena berkaitan dengan proses fotosintesis. Meskipun tanpa pemberian BAP kemungkinan kandungan hara yang terdapat pada media WPM sudah cukup dalam pembentukan daun (Nursetiadi, 2008). Dari data tersebut dapat dilihat media WPM dengan konsentrasi BAP rendah yang memberikan hasil lebih baik dibandingkan dengan perlakuan media MS dengan konsentrasi BAP dengan konsentrasi sama atau lebih tinggi.

 Peningkatan konsentrasi BAP dari 5 ppm hingga 6 ppm menyebabkan perbedaan dalam kecepatan pembentukan tunas. Pembentukan tunas cengkeh menjadi lebih cepat, dari 12,67 hari menjadi 12,00 hari, bila konsentrasi BAP dinaikkan dari 5 ppm hingga 6 ppm. Selanjutnya, terjadi perlambatan pembentukan tunas (menjadi 12,67 hari) bila konsentrasi BAP terus dinaikkan menjadi 7 ppm. Dalam penelitan yang dilakukan oleh Mulyono (2010) mengenai Elongasi Pertunasan Gaharu secara in vitro, dan penelitian Fitri (2012) mengenai

Pertumbuhan Plantlet Jatropa curcas L pada kultur jaringan., menggunakan IBA dengan konsentrasi terbesar yaitu 0,5 ppm dan hasil pertumbuhan terbaik berada pada konsentrasi dibawah 0,5 ppm. Hal ini menjelaskan, meskipun unsur hara makro berisi hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah banyak namun tidak berarti jumlah yang diberikan tidak terbatas, ada ambang tertentu yang dapat ditoleransi oleh tanaman. Setiap jenis tanaman memerlukan jumlah unsur yang berbeda satu sama lain.

Masalah Gizi Makanan

Masalah Gizi Makanan

UNICEF (1988) telah mengembangkan kerangka konsep makro (lihat skema.) sebagai salah satu strategi untuk menanggulangi masalah kurang gizi.

Dalam kerangka tersebut ditunjukkan bahwa masalah gizi makanan kurang dapat disebabkan oleh:

 1) Penyebab langsung Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.

2) Penyebab tidak langsung

Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :
 a. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
b. Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.
c. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan. Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan keluarga.

 Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan.
1) Pokok masalah di masyarakat Kurangnya pemberdayaan keluarga dan kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat berkaitan dengan berbagai faktor langsung maupun tidak langsung pada masalah gizzi makanan.

 1) Akar masalah Kurangnya pemberdayaan wanita dan keluarga serta kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat terkait dengan meningkatnya pengangguran, inflasi dan kemiskinan yang disebabkan oleh krisis ekonomi, politik dan keresahan sosial yang menimpa Indonesia sejak tahun 1997. Keadaan tersebut teleh memicu munculnya kasus-kasus gizi buruk akibat kemiskinan dan ketahanan pangan keluarga yang tidak memadai.
Untuk menambah gizi sebaiknya kita mengkonsumsi buah buahan diantaranya anggur.

Apa Makna Berfikir


Apa Makna Berfikir


Berpikir adalah suatu kegiatan untuk memperoleh/ menemukan pengetahuan yang benar. Dan proses berpikir dalam menarik kesimpulan yang berupa pengetahuan yang benara ini disebut penalaran. Pengetahuan yan dihasilkan penalaran ini hasil kegiatan berpikir, bukanalah hasil perasaan. Perlu kita sadari bahwa tidak semua kegiatan berpikir merupakan penalaran.

Penalaran merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai ciri-ciri tertentu yakni logis dan analistis. Berdasarkan kriteria ini, maka tidak semua kegiatan berpikir merupakan berpikir logis dan analistis. Cara berpikir semacam ini, ialah cara berpikir yang tidak bersifat logis dan analistis bukan merupakan penalaran. Terdapat berbagai cara untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang tidak berdasarkan penalaran. Diantaranya ialah:

a. Pengembalian kesimpulan berdasarkan perasaan bukan berpikir, . Merasa, merupakan suatu cara menarik kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran

b.  Intuisi, intuisi merupakan kegiatan berpikir yang tidak analistis, tidak berdasarkan pda pola berpikir tertentu. Pendapat yang berdasarkan intuisi timbul dari pengetahuan-pengetahuannya yang berdasarkan intuisi timbul dari pengeahuan-pengetahuannya yang terdahulu melalui suatu proses berpikir yang tidak disadari. Seolah-olah pendapat itu muncul begitu saja tanpa dipikir. Seseorang yang sedang memusatkan pikirannya pada pemecahan suatu masalah tersebut tanpa proses berpikir yang berliku-liku dan teratur.Intuisi dapat juga timbul pada saat sesorang tidak sepenuhnya sadar, jawaban yang dietemukan tidak pada waktu ia sadara sedang memikirkan masalah tersebut. Timbullah intuisi mungkin terjadi juga pada sesorang yang menunda pemecahan suatu masalah karean mengalami jalan buntu. Pada orang itu secara tiba-tiba muncul jawaban yang lengkap dari masalah yang tidak sedang ia cari itu. Ia merasa bahwa itulah jawab yang ia cari, tetapi ia tidak dapa menjelaskan bagaimana ia sampai pada pemecahan masalah tersebut. Pengetahuan intuitif tidak dapat diandalkan sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur. Pengetahuan ini dapat digunakan sebagai hipotesis dan selanjutnya perlu dilakukan analisis untuk menentukan kebenarannya. Ada pendapat yang mengatakan bahwa intuisi merupakan pengalaman puncak. Sedang pendapat lain mengatakan bahwa intuisi merupakan pengalam puncak. Sedang pendapat lain mengatakan bahwa intuisi merupakan intelegensi yang paling tinggi.

c. Wahyu. Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oelh tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini disalurkan lewat Nabi yang diutus-Nya. Dengan wahyu, manusia memperoleh pengetahuan dengan keyakinan (kepercayaan) bahwa yang diwahyukan tersebut benar.

d. Trial and erros. Trial and error adalah suatu cara praktek hasil berpikir, untuk memperoleh pengetahuan secara coba-coba atau untung-untungan. Mulai zaman purba sampai sekarang banyak manusia yang dalam usaha memperoleh pengetahuan dengan cara coba-coba memakan waktu yang lama, hingga cara ini merupakan cara yang tidak efisien bila digunakan untuk mencari kebenaran jauh dari cerita dan mitos.

LUAR BIASANYA MITOS

LUAR BIASANYA MITOS

Ptc
Sebelum kita bahas tentang mitos, bagaimana dengan pencairan sertifikasinya ? sambil menunggu pangilan dati bank, kita lihat ada cara mencari rezeki fulus di internet , kita dapat bayaran di monetisasi web, menulis berbayar, survey, PCT dan lain-lain. cari tambahan bekel kita.

Rekan Guru mari kita bahas lagi perihwalan Mitos;

 Mitos dapat diterima oleh masyarakat, luar biasanya mitos pada masa itu karena:
1. Keterbatasan pengetahuan manusia, pada saat manusia terbatas pengetahuanya ,belum banyak yang mereka ketahui. kebanyakan pengetahuan mereka peroleh dari cerita orang,dan cerita ini pun di ceritakan ke orang lain.

2. Keterbatasan penalaran manusia, Manusia memang mampu berpikir, namun pemikiran perlu terus-menerus dilatih.pemikiran itu sendiri dapat benar dapat pula salah.akhirnya penalaran yang salah akan kalah oleh penalaran yang benar. Untuk itu diperlukan waktu guna menyakinkan.

3. Keingintahuan manusia yang telah dipenuhi untuk sementara, Keben aran memang harus dapat diuterima oleh akal , tetap sebagian lagi dapat diterima secara intusi, yakni penerimaan atas dasar kata hati tentang suatu yang benar.kata hati irasional dalam kehiidupan awam sudah dapat diteima sebagai suatu kebenaran atau pseudo science.

 4. Keterbatasan alat indra manusia, hal ini dapat dilihat dari alat-alat penglihatan seperti:
• Alat Penglihatan, Ada benda – benda yang bergerak begitu cepat sehingga tak tampak jelas oleh mata. Ada pula jika benda yang dilihat terlalu jauh maka mata tak mampu melihatnya.
 • Alat Pendengaran, Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 20-20.000 hertz. •
 Alat Pencium dan Pengecap, Manusia hanya bisa membedakan empat jenis rasa yaitu manis, masam, pahit dan asin.Bau seperti parfum dan bau-bauan yang lain dapat dikenal oleh hidung kita bila konsentrasinya di udara sepersepuluh juta bagian.Dari bau, manusia dapat membedakan benda dengan benda lain namun tidak semua dapat melakukannya.
• Alat Perasa, Kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin namun sangat relative, sehingga tidak bisa dipakai sebagai alat observasi yang tepat. Sebagai contohnya adalah pada zaman dahulu, pada puncak hasil pemikiran mitos yang terjadi pada zaman babylonia, yakni ± 700-600 SM . Orang babylonia berpendapat bahwa alam semesta itu sebagai ruangan setengah bola dengan bumi datar sebagai lantainya sedangkan langit sebagai bintang merupakan atapnya.

Yang menajubkan mereka mengalekliptika atau bidang edar matahari satu tahun yakni satu kali matahari beredar sampai kembali ke tempat semula yakni selama 365,25 hari. Mereka memperoleh dari kenyataan berdasarkan pengamatan dan pengalaman.

 Menurut Auguste Comte (1798-1857), dalam sejarah perkembangan jiwa manusia, baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan, berlangsung dalam tiga tahap:
 1. Tahap teologi atau fiktif
2. Tahap filsafat atau metafisik atau abstrak
3. Tahap positif atau ilmiah rier Pada tahap teologi atau fiktif manusia berusaha untuk mencari dan menemukan sebab yang pertama dan tujuan yang terakhir dari segala sesuatu, dan selalu dihubungkan dengan kekuatan gaib.

Gejala alam yang menarik perhatiannya selalu diletakkan dalam kaitannya dengan sumber yang mutlak. Mempunyai anggapan bahwa setiap gejala dan peristiwa dikuasai dan diatur oleh para dea atau kekuatan gaib lainnya. Tahap metafisika atau abstrak merupakan tahap dimana manusia masih tetap mencari sebab utama dan tujuan akhir, tetapi manusia tidak lagi menyadarkan diri kepada kepercayaan akan adanya kekuatan gaib, melainkan kepada akalnya sendiri, akal yang telah mampu melakukan abstraksi guna menemukan hakikat segala sesuatu. Tahap positif atau riil merupakan tahap dimana manusia telah mampu berpikir secara positif atau riil, atas dasar pengetahuan yang telah dicapainya yang dikembangkan secara positif melalui pengamatan, percobaan dan perbandingan. Kembali pada tahap teologi atau fiktif, bahwa manusia menciptakan mitos untuk memahami gejala alam yang ada disekitar pengalaman dan pemikiran sederhana serta dikaitkan dengan kepercayaan kan adanya kekuatan gaib.

Dalam alam mitos ini penalaran belum terbentuk dan yang bekerja adalah daya khayal, imajinasi dan intuisi. Demikian juga manusia dengan obyek belum ada jarak, sehingga pengetahuan yang diperoleh bersifat subyektif. Gempa bumi diduga terjadi karena atlas (raksasa yang memikul bumi pada bahunya) memindahkan bumi dari bahu yang satu ke bahu yang lain. Gerhana bulan diduga terjadi karena dimakan oleh raksasa. Menurut deongen raksasa itu takut pada bunyi-bunyian, maka pada waktu gerhana bulan manusia memukul apa saja yang dapat menimbulkan bunyi. Supaya raksasa itu takut dan memuntahkan kembali bulan purnama. Bunyi Guntur dikira ditimbulkan oleh adanya kereta yng dikendarai dewa melintas langit. Dahulu mitos ini sangat berpengaruh, bahkan sampai sekarang inipun belum sepenuhnya hilang. Mencari jawab atas masalh seperti itu dengan menghubungkannya dengan makhluk ghaib yang diperoleh secar irasional belum dapat dipertnggungjawabkan kebenarannya. Manusia pada tahap mitos ini menanggapi realitas dengan mengadakan selamatan, tari-tarian, dengan menyanyikan lagu-lagu.

Dalam tari-tarian atau lagu-lagu tersebu terkandung cerita tentang riwayat para dewa yang sedang mengatur peristiwa-peristiwa alam. Lewat cerita ini manusia merasa aman, merasa dapat menghindarkan diri dari keganasan alam. Demikian pada tahap mitos atau tahap teologi ini manusia menjawab rasa ingin tahunya dengan menciptakan dongeng-dongeng atau mitos karean alam pikirannya masih terbatas pada imajinasinya dan dengan cara berpikir irrasional. Karena kemampuan berpikir manusia makin maju dan disertai pula oleh perlengkapan pengamatan, misalnya berupa teropong bintang yang makin sempurna, maka mitos dengan berbagai legendanya makin ditinggalkan orang.

Mereka cenderung menggunakan akal sehatnya atau rasionalnya  luar biasanya mitos tidak dihiraukan, . Manusia secara terus menerus selalu mengembangkan pengetahuan. Mereka mengembangkan pengetahuannya tidak hanya sekedar untuk memenhi kebutuhan yang menyangkut kelangsungan hidupnya saja. Mereka berusaha umtuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Mereka juga berusaha untuk menentukan mana yang baik dan mana yang buruk, dan juga mana yang indah dan mana yang jelek. Mereka harus berpikir dan harus merasakan sedemikian hingga dapat menarik kesimpulan, dan memperoleh ilmu -pengetahuan. Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk berpikir, merasa, bersikap dan bertindak.

Friday, 17 April 2015

Pohon Buah Anggur Brazil

Pohon Buah Anggur Brazil

Maaf untuk yang berminat mendapat recehan dollar dengan registrasi gratis Klik registrasi Ptc Clixsense.
 
Ciri buah anggur brasil ini adalah :

Buah yang belum matang berwarna hijau dan menjadi gelap merah-ungu hampir hitam saat matang.

Pengembangan buah bervariasi cepat, biasanya 20 sampai 25 hari dari bunga hingga siap di petik.

Tanaman Jaboticaba berbentuk semak besar, atau seperti pohon cemara kecil.

Pohon anggur brazil  ini biasanya berbatang tunggal dan percabangan rendah. Namun, tidak jarang ada juga yang memiliki beberapa batang dan cabang-cabang yang menengadah ke atas dan biasanya membentuk padat, bulat atau vas-seperti, mahkota simetris.

Kulit batang coklat kemerahan dan pada saat kulit mengupas maka akan terlihat kulit batang yang halus pada bagian dalam, kulit yang terkelupas akan berwarna abu-abu, sangat mirip dengan batang pohon jambu biji.
Buah anggur brazil ini sangat enak dikonsumsi. Bauh ini dikenal sebagai anggur brazil.


.Baca artikel terkait Anggur Brazil Karakteristik Tanaman


....

Ilmu dari Sudut Rasio dan Islam

Ilmu dari Sudut Rasio dan Islam


Islam sebagai peradaban sangat menaruh perhatian besar pada ilmu.

Baik pemaknaan, sumber dan klasifikasinya diwarnai oleh pandangan Islam bahwa dalam setiap aktivitas dan pemikiran hadir Tuhan  (dalam setiap proses kehidupan manusia). Hal ini dikenal dengan Islamisasi Ilmu.

Ilmu sebagaimana diuraikan diatas merupakan system pemaknaan akan realitas dan kebenaran, bersumber pada wahyu yang didukung oleh rasio dan intuisi.

Olah rasio tersebut meliputi nalar (nadzar) dan alur fikir (fikr).

Dengan proses tersebut akal akan dapat berartikulasi, menyusun proposisi, menyatakan pendapat, berargumentasi, membuat analogi, membuat keputusan, serta menarik kesimpulan.

Sebagai instrumen penuntun manusia, ilmu memungkinkan manusia untuk mengetahui (‘ilm), mengenal (ma‘rifah), memilih (ikhtiyar), memilah (tafriq), membedakan (tamyiz), menilai dan menentukan (hukm) atas segala sesuatu.

Wa Allah al-Hadi Ila al-Shawab.

Baca artikel terkait   Klik di sini    (Klasifikasi Ilmu Menurut Islam.)


---------------------------------

Tuesday, 14 April 2015

Jaboticaba Buah Prosfektif : Teknik Kultur Jaringan

Jaboticaba Buah Prosfektif : Teknik Kultur Jaringan

Banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dari sehingga tanaman jaboticaba buah prosfektif menbuat permintaan akan tanaman dan buah jaboticaba ini meningkat, dan masih memiliki peluang besar untuk terus meningkat, akan tetapi lambatnya pertumbuhan tanaman jaboticaba serta sintem perbanyakan konvensional belum dapat diatasi dengan tepat. Sehingga perbanyakan tanaman dengan menggunkan tehnik kultur jaringan (in vitro) dipilih sebagai teknik perbanyakan dalam upaya untuk meningkatkan daya tumbuh tanaman Jaboticaba.

Dengan aplikasi perbanyakan secara modern ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah pertumbuhan tanaman yang lambat. Sehingga diharapkan ketersediaan tanaman ini lebih banyak dan dapat dihasilkan pertumbuhan yang lebih cepat. Keberhasilan aplikasi teknik kultur jaringan ditentukan oleh bahan eksplan, media, dan zat pengatur tumbuh yang sesuai serta kondisi lingkungan yang aseptik tentunya.

Untuk eksplan, dapat digunakan berbagai bahan dari organ tanaman yang kemungkinan memiliki potensi pertumbuhan lebih tinggi atau memiliki titik tumbuh seperti biji, tunas apikal, dan tunas aksilar. Berhasilnya tehnik kultur jaringan ini ditandai dengan adanya pertumbuhan tunas baru dan akar tanaman. Zat Pengatur Tumbuh yang dapat digunakan untuk memicu pertumbuhan tunas dan akar yaitu dari golongan sitokinin dan auksin. Golongan auksin yang paling banyak digunkan dalam metode kultur jaringan salah satunya adalah IBA. Dalam beberapa penelian konsentrasi yang baik untuk digunakan yaitu kurang dari 2 ppm, karena penggunaan konsentrasi yang lebih tinggi akan menghambat pertumbuhan perakaran tan

Pemberian IBA konsentrasi tinggi akan menghambat pemanjangan akar, sedangkan konsentrasi yang lebih rendah menghasilkan akar yang lebih panjang. Zat pengatur tumbuh yang dapat diaplikasikan untuk induksi tunas adalah ZPT kelompok sitokinin. Sitokinin yang biasa digunakan dalam kultur jaringan salah satunya yaitu BAP. Beberapa penelitian menunjukan bahwa induksi tunas yang baik yaitu penggunaan media dengan konsentrasi BAP 2 ppm – 2,5 ppm. Selain penambahan ZPT, media penanaman yang digunakanpun memiliki peran penting dalam penelitian secara in vitro ini.

Media tanam yang akan digunakan adalah media yang sesuai dengan bahan eksplan yang akan digunakan, yang dapat menyediakan unsur hara dan memenuhi kebutuhan pertumbuhannya. Dari beberapa macam media tanam seperti Murashige Skoog (MS) yang banyak digunakan untuk hampir semua jenis tanaman karena memiliki unsur hara makro dan mikro yang lengkap, Nitsch & Nitsch untuk kultur anther, Gamborg untuk kultur suspensi kedelai, Schenk & Hidebrant (SH) untuk kultur jaringan kalus monokotil dan dikotil (banyak digunakan untuk tanaman legume), dan WPM yang banyak digunakan untuk tanaman berkayu atau tanaman hias perdu atau pohon yang

Anggur Brazil:Karakteristik Tanaman Jaboticaba


Anggur Brazil:Karakteristik Tanaman Jaboticaba

Rekan pengajar mari kita lihat karakteristik tanaman anggur Brazil ini,

Maaf sebelumnya, saya menawarkan situs tempat mendapatkan penghasilan recehan dolar yaitu Clixsense, registrasinya gratis, log in nya mudah siapkan 2 alamat email untuk mengisi paypall , jika belum punya kartu kredit kolom paypal diakalin supaya bisa fast yaitu dengan diisi dengan --- simbol,  : Untuk registrasi dan lalu log in klik di sini Clixsense

BacaMendulang Dollar di Bux Clixsense.


Anggur brazil :karakteristik tanaman .  Tanaman yang berasal dari hutan pesisir dan daerah perbukitan selatan Brazil ini merupakan tanaman yang toleran terhadap genangan air. Selain itu batang yang tidak terlalu tinggi serta bentukny yang menyerupai semak banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias di tanaman khususnya di Florida (Brown, 2011).

 Berbeda dari penampilan luarnya ternyata Jaboticaba juga memiliki manfaat bagi kesehatan, seperti anti penuaan serta memiliki antioksidan yang tinggi yang bisa membunuh sel kanker. Reynertson et al. (2005) dalam studinya untuk mengetahui kandungan antioksidan terhadap tujuh buah-buahan famili Myrtaceae dengan uji DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) assay, mendapatkan senyawa antioksidan di dalam Myrciaria cauliflora sangat aktif pada 35 mg mL-1.

Jaboticaba dapat dikonsumsi segar sebagaimana buah anggur, di Amerika Serikat biasa difermentasi 3 sampai 4 hari setelah panen, sehingga sering digunakan untuk membuat selai, kue tar, wine, dan minuman .

Tanaman ini membutuhkan sinar matahari penuh, berdrainase baik, namun dapat tetap tumbuh dan berbuah pada jenis tanah yang tanah pasir, alkali sekalipun, dan pH masam, tanaman ini toleran terhadap angin tapi tidak tehadap udara asin laut .

Jaboticaba termasuk tanaman kuat, namun membutuhkan waktu yang lama untuk tumbuh dan berbuah. Sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perbanyakan Jabotica dilakukan dengan cara stek. Jaboticaba stek akan berbuah dalam waktu tiga tahun, sedangkan tanaman yang diperbanyak lewat biji baru bisa berbuah setelah delapan sampai 15 tahun .

 Teknik kultur jaringan pada tanaman anggur Brazil ini diaplikasikan sebagai metode lain dalam perbanyakan tanaman Jabotica ini dimaksudkan untuk menghasilkan pertumbuhan tanaman yang lebih cepat lagi. Dengan teknik in vitro diharapkan tanaman ini dapat tersedia lebih banyak dengan sifat yang sama dengan induknya. Demikian sekilas tentang  Anggur Brazil dengan karakteristik tanaman.


Baca artikel terkait :

Jaboticaba Tanaman Anggur Brazil

>>>>

Klasifikasi Ilmu Menurut Islam

Klasifikasi Ilmu Menurut Islam


Klasifikasi Ilmu Berangkat dari keterbatasan potensi yang dimiliki rasio. Dalam proses pencariannya dibutuhkan pembatasan-pembatasan yang berkaitan dengan ilmu itu sendiri.

Pembatasan-pembatasan ini kita sebut sebagai klasifikasi ilmu. Pengklasifikasian ini bisa berdasarkan sifat absoluditasnya ilmu, objek yang diteliti, metode ilmu itu dihasilkan ataupun subjek dari objek ilmu itu sendiri.

Menurut Imam al-Baqillani ilmu makhluk (yakni pengetahuan manusia) itu ada dua jenis; Pengetahuan yang bersifat pasti dan pengetahuan yang diperoleh melalui nalar akal.

Pengetahuan yang bersifat pasti itu adalah pengetahuan inderawi, pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan pengetahuan khabar/laporan mutawatir lebih lanjut Imam Ibnu Jawziy mengklasifikasikan ilmu dalam tiga macam. Ilmu pasti yang diperoleh secara a prioriy atau intuitif maupun secara diskursif,

Ilmu yang didapat melalui panca indera, dan Ilmu yang diperoleh lewat berita, secara mutawatir maupun perorangan. Abu Hamid Al-Ghazali membagi ilmu menjadi empat sistem klasifikasi yang berbeda:

Pertama, berdasarkan pembedaan antara intelek teoretis dan intelek praktis, yang umumnya diterapkan pada ilmu-ilmu agama, bukan filosofis.

Kedua, pembagian pengetahuan menjadi pengetahuan huduri dan pengetahuan husuli yang didasarkan atas perbedaan tentang cara-cara mengetahui. Pengetahuan huduri terbebas dari kesalahan dan keraguan, yang memberikan kepastian tertinggi mengenai kebenaran-kebenaran spiritual.

Ketiga, pembagian atas ilmu-ilmu agama (syari`ah) dan intelektual (`aqli,yah, gayr al-syari`ah), yang didasarkan atas pembedaan sumber wahyu dan sumber akal.

Keempat, pembagian ilmu-¬ilmu menjadi fardlu ain dan fardlu kifayah, didasarkan atas perbedaan hukum keharusan dalam pencarian ilmu. “Ilmu nonagama” masih bisa diklasifikasikan kepada ilmu yang terpuji (mahmud), dibolehkan (mubah) dan tercela (madzmum).

Sebagai contoh: ilmu sejarah bisa dikategorikan ilmu mubah; sihir dikategorikan “ilmu” tercela. Ilmu-ilmu terpuji, yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, bisa dikategorikan wajib kifayah. Misalnya; Ilmu tentang obat, matematika, politik dan kerajinan-kerajin¬an yang diperlukan oleh masyarakat. Al-Ghazali mengklasifikasikan "ilmu agama" dalam dua kelompok: terpuji (mahmud) dan tercela (madzmum).

Dalam Klasifikasi ilmu yang dimaksud dengan "ilmu agama tercela" adalah ilmu yang tampaknya diarahkan kepada syariah, tapi nyatanya menyimpang dari ajaran-ajarannya. Sedangkan "ilmu agama terpuji" dan dikategorikan wajib kifayah, dibagi dalam empat kelompok:

Pertama; Ilmu Ushul (dasar-dasar; yaitu: Al-Quran, Al-Sunnah, ijma' atau konsensus dan tradisi [kebiasaan] para sahabat Nabi).
Kedua; Furu`(masalah-masalah sekunder atau cabang; yaitu: masalah-masalah fiqih, etika, dan pengalaman mistik.

Ketiga; Studi-studi pengantar (qaidah, sharaf, bahasa Arab, dan lain¬-lain).
Keempat; Studi-studi pelengkap (membaca dan menerjemahkan Al-¬Quran, mempelajari prinsip-prinsip fiqih, `ilm al--rijal atau penyelidikan biografi para perawi hadis-hadis, dan lain-¬lain). Dalam hal ini, Al-Ghazali memandang ilmu yang tercakup di dalam empat ke-lompok di atas sebagai wajib kifayah.

Konsep klasifikasi ilmu yang telah dikemukakan baik oleh Imam al-Baqillani,

Ibnu Jawziy maupun al-Ghazali diatas dapat dinilai sebagai pendapat yang saling menguatkan dan melengkapi. Kesemua pandangan tersebut sangat erat kaitannya dengan pandangan hidup Islam (worldview Islam), dan sejalan dengan epistemologi ilmu  menurut  Islam. Ini tentu secara tegas berbeda dengan Barat, yang tidak melibatkan Tuhan dalam kelahiran, proses dan arah pengembangan ilmunya.

 Ilmu yang dikonsepsikan insan bertauhidy tentunya akan melahirkan hasil maupun karya yang sejalan dengan fitrahnya sebagai manusia. Sebagai contoh; peneliti biologi yang bertauhid tentunya tidak akan membenarkan teori evolusi sebagaimana dirumuskan oleh Darwin.

Dan satu hal terpenting, berbeda dengan peradaban lain, dalam Islam memperoleh Ilmu adalah upaya sesempurna mungkin untuk memanfaatkan potensi diri. Hal tersebut dilakukan demi mendapatkan derajat yang tinggi dihadapan Sang Khaliq.

Tilisan ini dalam rangka mendekati upaya menintegrasikan ilmu yang dipikirkan manusia dengan ajaran Islam. hal ini dikenal dengan Islamisasi Ilmu.

Reference :





1.    
Subandi, M. 2010. MicroBiology,( Development, Studies  and Observation in Islamic Perspective) Published by  Remaja Rosdakarya,2010. 230 pp+xxii. (Written in Indonesian.




1.      Subandi, M, 2014. Science As Subject of Learning in Islamic University. Journal of Islamic Education. Vol 1, number 2, December 2014 M/1436 H. The Faculty of Tarbiyyah and Teacher Training. The State Islamic University (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung. In Collaboration with Association of Indonesian Islamic Education Schoar. (CoAuthor : Abdelwahab M. Mahmoud.Faculty of Agriculture, Cairo University, Egypt).
2.      Subandi M, Dikayani, dan Diana.  2013.  Physiological Pattern of Leaf Growth at various Plucking Cycles Applied to Newly Released Clones of Tea Plant (Camellia sinensis L. O. Kuntze). Asian Journal of Agriculture and Rural Development, 3(7) 2013: 497-504
3.      DSubandi, M.2012).  Developing Islamic Economic Production. Science Technology and Development. A Quarterly Journal. Vol. 31 (4). 2012. Pakistan Council for Science and Technology. Islamabad.
4.      Subandi, M, 2013. cientific and Technological Literacy in Islamic Perspective. As Presenter and the Article in Proceeding International Seminar on Scientific and Technological Literacy. Presented in Bandung, 13January 2013.

1.  Ilmu Dari Sudut Rasio  Klik di Sini 

2.  Manusia dan Penemu Ilmu  Klik di Sini

3. Genesis Langit dan Bumi       Klik di Sini


===========

 <<<<<>>>>
 

Manusia, Masyarakat, dan Penemuan Ilmu.

Manusia, Masyarakat, dan Penemuan Ilmu.

Setiap masyarakat dalam kehidupannya senantiasa dipenuhi oleh nilai-nilai, aturan-aturan, dan sistem kepercayaan yang mampu membentuk pola berfikir dan berperilaku para anggotanya. Dalam kehidupan sosial, biasanya seperangkat nilai, aturan, dan kepercayaan itu akan teralirkan dari satu generasi ke generasi melalui suatu proses sosialisasi yang pada akhirnya membentuk suatu tradisi di tengah masyarakat. Itu sebabnya, sebagai suatu konsep sosio-logis, tradisi biasa diartikan meliputi worldview yang terkait dengan nilai-nilai, aturan-aturan, sistem kepercayaan, dan pola berfikir masyarakat dalam keseluruhan tata cara hidupnya.

Masyarakat muslim adalah suatu kelompok masyarakat yang dikenal memiliki akar-akar tradisi yang kokoh, karena Islam yang mereka peluk menjadi bagian dari mata rantai sistem kepercayaan universal yang telah ada -mungkin- ratusan abad sebelumnya, sejak masa Nabi Adam. Pandangan ini didasarkan pada penegasan berbagai surat di dalam al-Qur’an, bahwa para nabi dan rasul terdahulu mewariskan paham Ketuhanan Yang Maha Esa (tauhid) kepada umatnya masing-masing sebagaimana Nabi Muhammad mengajarkannya pada umat Islam. Kokohnya akar tradisi ini juga dikarenakan al-Qur’an secara tegas memerintahkan orang-orang Islam agar menjadikan tawhid sebagai titik temu ‘kalimah sawa’ dan pandangan hidup bersama di antara sesama agama samawi.

Dengan kata lain, Tuhan menegaskan kepada umat Islam agar terus menghidupkan tauhid itu sebagai akar-akar tradisinya, yang menjadi sumber nilai, aturan, norma, dan landasan kepercayaan hidup di berbagai fase sejarah dan dalam sistuasi sosio-kultural apapun.

Berangkat dari makna ilmu sebagaimana didefinisikan oleh al-Attas, jelas bahwa dalam worldview Islam ilmu berkaitan erat dengan iman, ‘aql, qalb, dan taqwah. Ilmu tidak hanya merupakan satu pengetahuan yang terhimpun secara sistematis, tetapi juga merupakan suatu metodologi. Dimana metodologi yang haq tentu tidak akan bertentangan dengan yang haq.

Sumber Ilmu dan Metode Memperoleh Ilmu Sumber manusia, masyarakat dan  penemuan ilmu adalah bahasan fundamental dalam bahasan epistemology. Dari mana kita mendapatkan pengetahuan? Adakah suatu sumber ilmu? Dalam hal ini, tidak sedikit ditemukan ayat-ayat dalam al-Quran yang mengisyaratkan bahwa realitas (tampak maupun tidak ) bisa menjadi sumber ilmu. Walau dalam kedudukannya, realitas sebagai sumber ilmu berada setelah Allah dan wahyu.

Dalam surat al-ghasiyah misalnya, terdapat isyarat bahwa realitas fisik, jika diteliti akan menyampaikan informasi yang bisa dikembangkan jadi sebuah ilmu bagi penelitinya. Atau dengan kata lain, ayat tersebut juga mengisyaratkan bahwa dalam proses pencapaian ilmu dibutuhkan proses penalaran yang melibatkan rasio. Senada dengan hal ini, Imam al-Bazdawiy menyatakan (cara manusia mengetahui sesuatu itu) ada tiga; Perspektif indera, reportase (khabar) dan Pembuktian (akal/rasio).

 Al-Attas menyatakan ilmu dapat diperoleh melalui empat jalan.
(1), Panca indera yang sehat (sound senses). Panca indera kemudian dibagi menjadi dua, yakni eksternal dan internal.
(2), Khabar yang benar dan otoritatif (authoritative true reports). Di sini, khabar tersebut di bagi menjadi dua, yakni mutlak (absolute authority) yang meliputi otoritas ketuhanan yang berasal dari Al-Qur’an dan otoritas kenabian yang berasal dari Rasulullah. Sedangkan yang nisbi (relative authority) meliputi kesepakatan ulama dan khabar dari orang terpercaya secara umum.
(3) Akal yang sehat (sound reason).
(4), Ilham (intuition). Dengan demikian ilmu dari Allah yang sampai pada manusia melalui empat jalan di atas, ditanggapi oleh akal sebagai realitas ruhani dalam kalbu manusia sekaligus yang mengendalikan proses kognitif manusia. Melalui kalbu, jiwa rasional (an-nafsu an-natiqah) bisa membedakan antara kebenaran (al-haq) dari kesalahan (al-bathil). Akal dalam arti kata ratio atau reason tidak berlawanan dengan intuisi (wijdan). Artinya, dalam hal ini, akal dan intuisi saling berkaitan membentuk ilmu dan bersatu melalui intelek (intellect).

++++++++++