LUAR BIASANYA MITOS
Ptc
Sebelum kita bahas tentang mitos, bagaimana dengan pencairan sertifikasinya ? sambil menunggu pangilan dati bank, kita lihat ada cara mencari rezeki fulus di internet , kita dapat bayaran di monetisasi web, menulis berbayar, survey,
PCT dan lain-lain. cari tambahan bekel kita.
Rekan Guru mari kita bahas lagi perihwalan Mitos;
Mitos dapat diterima oleh masyarakat, l
uar biasanya mitos pada masa itu karena:
1. Keterbatasan pengetahuan manusia, pada saat manusia terbatas pengetahuanya ,belum banyak yang mereka ketahui. kebanyakan pengetahuan mereka peroleh dari cerita orang,dan cerita ini pun di ceritakan ke orang lain.
2. Keterbatasan penalaran manusia, Manusia memang mampu berpikir, namun pemikiran perlu terus-menerus dilatih.pemikiran itu sendiri dapat benar dapat pula salah.akhirnya penalaran yang salah akan kalah oleh penalaran yang benar. Untuk itu diperlukan waktu guna menyakinkan.
3. Keingintahuan manusia yang telah dipenuhi untuk sementara, Keben aran memang harus dapat diuterima oleh akal , tetap sebagian lagi dapat diterima secara intusi, yakni penerimaan atas dasar kata hati tentang suatu yang benar.kata hati irasional dalam kehiidupan awam sudah dapat diteima sebagai suatu kebenaran atau pseudo science.
4. Keterbatasan alat indra manusia, hal ini dapat dilihat dari alat-alat penglihatan seperti:
• Alat Penglihatan, Ada benda – benda yang bergerak begitu cepat sehingga tak tampak jelas oleh mata. Ada pula jika benda yang dilihat terlalu jauh maka mata tak mampu melihatnya.
• Alat Pendengaran, Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 20-20.000 hertz.
•
Alat Pencium dan Pengecap, Manusia hanya bisa membedakan empat jenis rasa yaitu manis, masam, pahit dan asin.Bau seperti parfum dan bau-bauan yang lain dapat dikenal oleh hidung kita bila konsentrasinya di udara sepersepuluh juta bagian.Dari bau, manusia dapat membedakan benda dengan benda lain namun tidak semua dapat melakukannya.
• Alat Perasa, Kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin namun sangat relative, sehingga tidak bisa dipakai sebagai alat observasi yang tepat.
Sebagai contohnya adalah pada zaman dahulu, pada puncak hasil pemikiran mitos yang terjadi pada zaman babylonia, yakni ± 700-600 SM . Orang babylonia berpendapat bahwa alam semesta itu sebagai ruangan setengah bola dengan bumi datar sebagai lantainya sedangkan langit sebagai bintang merupakan atapnya.
Yang menajubkan mereka mengalekliptika atau bidang edar matahari satu tahun yakni satu kali matahari beredar sampai kembali ke tempat semula yakni selama 365,25 hari. Mereka memperoleh dari kenyataan berdasarkan pengamatan dan pengalaman.
Menurut Auguste Comte (1798-1857), dalam sejarah perkembangan jiwa manusia, baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan, berlangsung dalam tiga tahap:
1. Tahap teologi atau fiktif
2. Tahap filsafat atau metafisik atau abstrak
3. Tahap positif atau ilmiah rier
Pada tahap teologi atau fiktif manusia berusaha untuk mencari dan menemukan sebab yang pertama dan tujuan yang terakhir dari segala sesuatu, dan selalu dihubungkan dengan kekuatan gaib.
Gejala alam yang menarik perhatiannya selalu diletakkan dalam kaitannya dengan sumber yang mutlak. Mempunyai anggapan bahwa setiap gejala dan peristiwa dikuasai dan diatur oleh para dea atau kekuatan gaib lainnya.
Tahap metafisika atau abstrak merupakan tahap dimana manusia masih tetap mencari sebab utama dan tujuan akhir, tetapi manusia tidak lagi menyadarkan diri kepada kepercayaan akan adanya kekuatan gaib, melainkan kepada akalnya sendiri, akal yang telah mampu melakukan abstraksi guna menemukan hakikat segala sesuatu.
Tahap positif atau riil merupakan tahap dimana manusia telah mampu berpikir secara positif atau riil, atas dasar pengetahuan yang telah dicapainya yang dikembangkan secara positif melalui pengamatan, percobaan dan perbandingan. Kembali pada tahap teologi atau fiktif, bahwa manusia menciptakan mitos untuk memahami gejala alam yang ada disekitar pengalaman dan pemikiran sederhana serta dikaitkan dengan kepercayaan kan adanya kekuatan gaib.
Dalam alam mitos ini penalaran belum terbentuk dan yang bekerja adalah daya khayal, imajinasi dan intuisi. Demikian juga manusia dengan obyek belum ada jarak, sehingga pengetahuan yang diperoleh bersifat subyektif.
Gempa bumi diduga terjadi karena atlas (raksasa yang memikul bumi pada bahunya) memindahkan bumi dari bahu yang satu ke bahu yang lain. Gerhana bulan diduga terjadi karena dimakan oleh raksasa. Menurut deongen raksasa itu takut pada bunyi-bunyian, maka pada waktu gerhana bulan manusia memukul apa saja yang dapat menimbulkan bunyi. Supaya raksasa itu takut dan memuntahkan kembali bulan purnama. Bunyi Guntur dikira ditimbulkan oleh adanya kereta yng dikendarai dewa melintas langit.
Dahulu mitos ini sangat berpengaruh, bahkan sampai sekarang inipun belum sepenuhnya hilang. Mencari jawab atas masalh seperti itu dengan menghubungkannya dengan makhluk ghaib yang diperoleh secar irasional belum dapat dipertnggungjawabkan kebenarannya. Manusia pada tahap mitos ini menanggapi realitas dengan mengadakan selamatan, tari-tarian, dengan menyanyikan lagu-lagu.
Dalam tari-tarian atau lagu-lagu tersebu terkandung cerita tentang riwayat para dewa yang sedang mengatur peristiwa-peristiwa alam. Lewat cerita ini manusia merasa aman, merasa dapat menghindarkan diri dari keganasan alam. Demikian pada tahap mitos atau tahap teologi ini manusia menjawab rasa ingin tahunya dengan menciptakan dongeng-dongeng atau mitos karean alam pikirannya masih terbatas pada imajinasinya dan dengan cara berpikir irrasional. Karena kemampuan berpikir manusia makin maju dan disertai pula oleh perlengkapan pengamatan, misalnya berupa teropong bintang yang makin sempurna, maka mitos dengan berbagai legendanya makin ditinggalkan orang.
Mereka cenderung menggunakan akal sehatnya atau rasionalnya
luar biasanya mitos tidak dihiraukan, .
Manusia secara terus menerus selalu mengembangkan pengetahuan. Mereka mengembangkan pengetahuannya tidak hanya sekedar untuk memenhi kebutuhan yang menyangkut kelangsungan hidupnya saja. Mereka berusaha umtuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Mereka juga berusaha untuk menentukan mana yang baik dan mana yang buruk, dan juga mana yang indah dan mana yang jelek. Mereka harus berpikir dan harus merasakan sedemikian hingga dapat menarik kesimpulan, dan memperoleh
ilmu -pengetahuan. Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk berpikir, merasa, bersikap dan bertindak.