Jaboticaba Buah Prosfektif : Teknik Kultur Jaringan
Banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dari sehingga tanaman
jaboticaba buah prosfektif menbuat permintaan akan tanaman dan buah jaboticaba ini meningkat, dan masih memiliki peluang besar untuk terus meningkat, akan tetapi lambatnya pertumbuhan tanaman jaboticaba serta sintem perbanyakan konvensional belum dapat diatasi dengan tepat. Sehingga perbanyakan tanaman dengan menggunkan
tehnik kultur jaringan (in vitro) dipilih sebagai teknik perbanyakan dalam upaya untuk meningkatkan daya tumbuh tanaman Jaboticaba.
Dengan aplikasi perbanyakan secara modern ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah pertumbuhan tanaman yang lambat. Sehingga diharapkan ketersediaan tanaman ini lebih banyak dan dapat dihasilkan pertumbuhan yang lebih cepat.
Keberhasilan aplikasi teknik kultur jaringan ditentukan oleh bahan eksplan, media, dan zat pengatur tumbuh yang sesuai serta kondisi lingkungan yang aseptik tentunya.
Untuk eksplan, dapat digunakan berbagai bahan dari organ tanaman yang kemungkinan memiliki potensi pertumbuhan lebih tinggi atau memiliki titik tumbuh seperti biji, tunas apikal, dan tunas aksilar.
Berhasilnya tehnik kultur jaringan ini ditandai dengan adanya pertumbuhan tunas baru dan akar tanaman. Zat Pengatur Tumbuh yang dapat digunakan untuk memicu pertumbuhan tunas dan akar yaitu dari golongan sitokinin dan auksin. Golongan auksin yang paling banyak digunkan dalam metode kultur jaringan salah satunya adalah IBA. Dalam beberapa penelian konsentrasi yang baik untuk digunakan yaitu kurang dari 2 ppm, karena penggunaan konsentrasi yang lebih tinggi akan menghambat pertumbuhan perakaran tan
Pemberian IBA konsentrasi tinggi akan menghambat pemanjangan akar, sedangkan konsentrasi yang lebih rendah menghasilkan akar yang lebih panjang.
Zat pengatur tumbuh yang dapat diaplikasikan untuk induksi tunas adalah ZPT kelompok sitokinin. Sitokinin yang biasa digunakan dalam kultur jaringan salah satunya yaitu BAP. Beberapa penelitian menunjukan bahwa induksi tunas yang baik yaitu penggunaan media dengan konsentrasi BAP 2 ppm – 2,5 ppm.
Selain penambahan ZPT, media penanaman yang digunakanpun memiliki peran penting dalam penelitian secara in vitro ini.
Media tanam yang akan digunakan adalah media yang sesuai dengan bahan eksplan yang akan digunakan, yang dapat menyediakan unsur hara dan memenuhi kebutuhan pertumbuhannya. Dari beberapa macam media tanam seperti Murashige Skoog (MS) yang banyak digunakan untuk hampir semua jenis tanaman karena memiliki unsur hara makro dan mikro yang lengkap, Nitsch & Nitsch untuk kultur anther, Gamborg untuk kultur suspensi kedelai, Schenk & Hidebrant (SH) untuk
kultur jaringan kalus monokotil dan dikotil (banyak digunakan untuk tanaman legume), dan WPM yang banyak digunakan untuk tanaman berkayu atau tanaman hias perdu atau pohon yang