Air Asal Sumber Kehidupan Dunia
Fungsi air sebagai materi yang menentukan
asal sumber kehidupan. Peran air dapat sebagai
pelarut, pembersih, media, nutrisi dan lain sebagainya berperan melanjutkan proses kehidupan juga sebagai pengisi substansi jasad hidup atau sebagai materi lingkungan organisme hidup. Dalam ayat 30 surat Al-Ambiya dinyatakan:
Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?
“
Waja’alna minal ma’i kulla syaiin hayyin” dapat ditafsirkan sebagai substansi hidup dapat juga air ditafsirkan sebagai tempat awal dihidupkannya mahluk. Sebagai tempat bertahan dan berkembangnya mahluk hidup yang pertama berkembang.
Keberadaan air di permukaan bumi yang kontak langsung dengan atmosfer memungkinkan terjadinya berbagai reaksi kimia alami yang kompleks.
Atmosphere mengandung berbagai, gas yang dominan dan paling banyak adalah nitrogen persentasenya kurang lebih 78 % , berikutnya gas oksigen persentasenya sekitar 20% dan gas-gas lainnya persentasinya kecil. Nitrogen dengan persentase terbesar memiliki potensi sebagai penyusun protein. NH2 adalah gugus amina yang menyusun asam amino. Asam amino adalah penyusun protein, NH3 (amoniak) dan NH4 (ammonium) adalah gugus yang berperan racun dan nutrisi dalam proses denitrifikasi dan nitrifikasi.
Persenyawaan nitrogen dengan hydrogen (H2O atau zat air) tersebut potensial menghasil produk substansi mahluk hidup yang berupa senyawa yang menyusun protein (daging) yang menjadi organ suatu organisme seperti binatang. Gumpalan gumpalan protein dipermukaan air tersebut diperkirakan menjadi awal munculnya kehidupan di muka bumi.
Teori atau perkiraan ini bukan melegalisasi teori evolusi, tetapi teori kimia organic memungkinkan adanya reaksi kimia dipermukaan air. Pada periode itu belum ada binatang laing yang bersifat predator.
Kita dapat perhatikan bagaimana perkembangan sekumpulan telur katak yang disebarkan oleh induk katak di perairan. Telur-telur yang berwarna khas itu berkembang dari waktu ke waktu atau perhitungan jam.
Tampak substansi yang merupakan gumpalan protein berkembang membesar dan pada saatnya tampak gerakan kehidupan. Telur itu sudah dibuahi oleh induk jantannya sehingga muncul imago yang bergerak dan berkembang menjadi kecebong sebagai anak katak yang sangat mobil. Anak katak ini rentan dimangsa predator. Tidak demikian halnya di masa predator belum ada, gumpalan protein yang terbentuk dari persenyaan alami itu tidak ada yang mengganggu.
Akan tetapi gumpalan protein itu akan tetap sebagai gumpalan yang bergerak bebas dihempas gerakan riakan air kolanm atau danau atau hempasan ombak laut. Gumpalan protein itu tidak dapat bergerak sendiri karena tidak ada nyawa sebagai ciri kehidupan yang utama. Bagaimana kehidupan itu terjadi sebagaimana perkembangan telur katak menjadi kecebong?, Kecebong itu dapat bergerak karena ada benih kehidupan dari tetua induk dan tetua bapaknya.
Di awal munculnya kehidupan binatang manusia hanya dapat berteori munculnya awal asam amino dan gumpalan daging.
Selanjutnya bagaimana gumpalan daging itu dapat bergerak dan bernafas tidak ada teori yang dapat mengkreasi “nafas/nyawa”. Itu adalah masalah ruh, yang Allah menegaskan dalam surat Bani Israil ayat 85:
"dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".
Ada bukti
kehidupan bermula diperairan dengan ditemukannya Archae. Archae dideteksi sebagai organisma yang menyerupai bakteri yang hidup pada lingkungan yang khusus (di bawah permukaan laut).
Sebagai mahluk hidup yang pioneer/pertama muncul di dunia.
Dengan demikian, bukti bahwa
kehidupan berawal di pengairan terbukti dengan Archae”
REferency:
1.
Subandi, M, 2014. Science As Subject
of Learning in Islamic University. Journal of Islamic Education. Vol 1, number
2, December 2014 M/1436 H. The Faculty of Tarbiyyah and Teacher Training. The
State Islamic University (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung. In Collaboration
with Association of Indonesian Islamic Education Schoar. (CoAuthor : Abdelwahab
M. Mahmoud.Faculty of Agriculture, Cairo University, Egypt).
2. Subandi M, Dikayani, dan Diana. 2013. Physiological
Pattern of Leaf Growth at various Plucking Cycles Applied to Newly Released
Clones of Tea Plant (Camellia sinensis L. O. Kuntze). Asian Journal of
Agriculture and Rural Development, 3(7) 2013: 497-504
3. DSubandi, M.2012). Developing Islamic
Economic Production. Science Technology and Development. A Quarterly Journal.
Vol. 31 (4). 2012. Pakistan Council for Science and Technology. Islamabad.
4. Subandi, M, 2013. cientific and
Technological Literacy in Islamic Perspective. As Presenter and the Article in
Proceeding International Seminar on Scientific and Technological Literacy.
Presented in Bandung, 13January 2013.
<<<<<<>>>>>>